BA’A, ROLLE.id–Tanggal 9 Februari, merupakan hari paling istimewa bagi para pekerja pers. Bahwa, di tanggal itu, merupakan Hari Pers Nasional (HPN) yang bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia, (HUT PWI) yang berdiri pada tahun 1946.
Penetapan HPN ditetapkan oleh Presiden Soeharto dalam masa pemeritahannya. Yang ditetapkan melalui keputusan Presiden nomor 5 tahun 1985, tentang Hari Per Nasional.
Jika sedikit menelisik tentang sejarahnya di Indonesia, pers sebenarnya sudah ada sejak lama. Hanya saja, Indonesia kala itu masih dalam masa penjajahan, sehingga selalu dihambat oleh pemerintah Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC.
Singkatnya, pada 13 Desember 1933, merupakan tonggak sejarah lahirnya pers di Indonesia. Ini ditandai dengan berdirinya Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara, Radio Republik Indonesia (RRI) pada 11 september 1945 dan PWI di tahun 1946. Berikut, lahir pula Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang merupakan stasiun televisi pemerintah di tahun 1962.
Namun demikian, di tahun 1945, Pers Nasional sudah semakin kuat. Hal ini ditandai dengan penerbitan ‘Soeara Merdeka’ di Bandung, dan ‘Berita Indonesia’ di Jakarta. Serta beberapa surat kabar lain, seperti ‘Merdeka’ ‘Independent’, ‘Indonesian News Bulletin’, ‘Warta Indonesia’, dan ‘The Voice of Free Indonesia’.
“Pers itu punya kekuatan. Dan kekuatannya tidak bisa disepelehkan,” kata Komandan Distrik Militer (Dandim) 1627/Rote Ndao, Letkol (Inf) Bayu Panji Bangsawan, kepada ROTE MALOLE, Jumat (10/2).
Walau demikian, dengan kekuatan yang dimiliki, tidak bisa dipergunakan untuk kepentingan tertentu. Bahwa Pers, selain berkontribusi terhadap berkembangnya sebuah proses pembangunan, sebagai pengamalan Pancasila, wajib menaati ketentuan yang menaunginya.
“Jangan karena dilindungi dan punya kekuatan, jadi digunakan seenaknya. Apalagi dimotori untuk kepentingan yang tidak baik, mohon untuk dihindari,” kata Dandim Bayu.
“Karena Pers itu punya payung hukum, punya norma-norma dan etika yang dikenal dengan kode etik Pers. Sehingga bekerjalah sesuai itu saja, dengan menyajikan informasi yang mendidik, membangun dan menginspirasi,” tambahnya.
Dan di HPN tahun ini, dirinya mengaku turut berbahagia. Walau tak ada perayaan khusus yang dilakukan, namun dirinya begitu bangga bisa bermitra dengan pekerja Pers.
Bahwa dengan sinergitas yang terjalin dalam hubungan kemitraan, Pers mampu memberi perubahan-perubahan yang nyata. Yakni, tak hanya menginformasikan, tetapi lebih mencerahkan dari berbagai sudut pandang.
“Pers itu penghubung. Pers itu, motivator. Pers itu saluran. Karena melalui pencerahan yang disajikan, bisa menghubungkan yang jauh jadi dekat. Membangkitkan semangat pembaca dengan mengakses saluran berita,” kata Dandim Bayu.
Sebagaimana diibaratkan Mark Twain, seorang sastrawan ternama asal Amerika, kata Dandim Bayu, pers dibaratkan sebagai cahaya. Semacam Lentera yang memberi tuntunan dalam kegelapan.
Di mana, pers mengambil peran yang begitu besar di tengah masyarakat sebagai pilar keempat dalam sistem demokrasi. Yakni setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif.
“Ada dua hal yang menerangi dunia. Yaitu, matahari di langit, dan Pers di bumi. Sehingga dengan Pers, yang merupakan rumah besar bagi wartawan, gunakanlah cahaya itu untuk terus menerangi,” kata Dandim Bayu.
Terhadap hal yang disampaikan Dandim Bayu, ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Rote Ndao, Franklyn M. Johannis, mengapresiasi. Dirinya pun mengungkapkan kebanggaanya sebagai seorang jurnalis.
Sebab, hampir sebagian usianya, digunakan untuk ‘memburu berita’. Yang dengan segala rasa pahit maupun manis, Franklyn, yang kerap disapa bung Frejo ini, mengaku sangat menikmati sensasi menjadi wartawan.
“Semua pekerjaan pasti punya sensasi. Begitu juga yang saya alami selama kurang lebih 20-an tahun jadi wartawan. Karena jadi wartawan ini, harus dinikmati, walau kadang banyak sedihnya juga,” kata ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Rote Ndao, Franklyn M. Johannis.
“Tapi tak selamanya sedih, senangnya juga ada. Jadi berimbanglah keduanya. Dan kami terus berusaha menjadi cahaya, sebagaimana yang diharapkan oleh pak Dandim. Bahwa, tak hanya menerangi orang lain, tetapi dengan cahaya itu, bisa membuat kami (wartawan) semakin bersinar,” ungkapnya. (*/ROLLE/TIM)