BA’A, ROLLE.id—Tanggal 20 Mei, yang ditetapkan sebagai hari kebangkitan Nasional, menjadi momentum bersejarah, menyimpan kisah perjuangan bangsa Indonesia.
Sejarah yang ditulis dengan tinta emas ini, berlandaskan semangat persatuan dan keberanian untuk menolak dijajah.
Di mana kisah perjuangan ini bukan sekedar rutinitas untuk diperingati. Ada sederet jejak sejarah yang patut diwariskan secara turun-temurun, sebagai spirit agar generasi tak mudah dipecah belah.
“Tanggal 20 Mei, kita sedang membuka kembali halaman penting dari sejarah perjuangan bangsa,” kata Wakil Bupati Rote Ndao, Apremoi Dudelusy Dethan, menyampaikan sambutan Menteri Komunikasi dan digital Republik Indonesia Meutya Viada Hafid, pada upacara peringatan hari kebangkitan Nasional, Selasa (20/5).
“Halaman yang ditulis bukan dengan tinta biasa, tetapi dengan kebangkitan kesadaran, semangat persatuan, dan keberanian menolak untuk terus terjajah,” ungkapnya, dengan mengatakan bahwa, 117 tahun yang lalu, lahirlah sebuah kesadaran, yang perubahannya menyalakan api pendirian Budi Utomo.

“Bahwa, kemajuan hanya dicapai bila kita bangkit berdiri di atas kekuatan kita sendiri. Kebangkitan itu bukanlah sebuah peristiwa yang selesai dalam satu masa,” ungkapnya lagi dengan tegas.
Lanjutnya, kebangkitan adalah ikhtiar, yang disebut hidup menghadapi tantangan zaman. Sebab, para pendiri bangsa telah meletakkan prinsip yang menjadi jangkar dalam menghadapi ujian yang lebih kompleks.
“Kebangkitan menuntut kita untuk tidak terjebak dalam romantisme masa lalu. Tetapi keberanian menajawab tantangan zaman ini,” tegasnya.
Yang dengan semangat hari kebangkitan itu, Wabup Apremoi, mengajak seluruh elemen, untuk bergerak bersama dalam bingkai Ita Esa.
“Mari, kita bersatu dengan semangat yang sama untuk membangun daerah tercinta ini,” kata Wabup Apremoi, kepada ROLLE.id (ROTE MALOLE), selepas upacara peringatan hari kebangkitan Nasional.
“Kita harus bangkit, dan bergerak bersama untuk mewujudkan cita-cita kita, Rote Ndao maju,” ungkapnya. (*/ROLLE/JIT)