HELEBEIK, ROLLE.id–Ada hal unik dan tak seperti biasanya terjadi dalam gelaran Coffee Morning, yang digelar Komandan Distrik Militer (Dandim) 1627/Rote Ndao, Letkol (Inf) Bayu Panji Bangsawan, Kamis (17/2). Dengan begitu merendah, dimohonkan untuk tidak memposisikan dirinya sebagai seorang musuh.
Permohonan itu disampaikan dengan tidak lagi memperdulikan pangkat maupun jabatan yang sementara melekat pada dirinya. Dandim Bayu, malah memilih merendah seraya memohon agar dirinya tidak dimusuhi. Yang tak hanya berucap, bahasa tubuhnya pun menggambarkan kerendahan yang dimilikinya.
Dirinya menyebut, Rote merupakan kampung halamanya sendiri. Hal itu dirasakan setelah tapaknya mulai menginjak tanah di ujung Selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Bahkan, serasa dirinya sudah kembali dari perantauan.
“Saya mohon jangan musuhi saya. Karena kedatangan saya di sini (Rote) hanya untuk mencari keluarga,” kata Komandan Distrik Militer 1627/Rote Ndao, Letkol Inf. Bayu Panji Bangsawan, Kamis (17/2), yang terlihat sedikit membungkukkan badanya.
Hal tersebut dimohonkan saat dirinya mulai membuka kegiatan Coffee Morning, yang diselenggarakan di garasi serba guna Makodimnya. Dengan peserta yang diundang berasal dari elemen tokoh adat, tokoh agama, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan beberapa pejabat pemerintah serta insan pers.
Dan sebelum memohonkan hal tersebut, Dandim Bayu, lebih dulu memberikan apresiasinya. Dirinya merasa bangga atas kehadiran tetamu undangan yang berkenan memenuhi undanganya.
“Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih. Kepada bapak-bapak, tokoh masyarakat, tokoh agama, kemudian pejabat pemerintah, dan rekan-rekan wartawan, yang mau menyempatkan diri untuk datang mengikuti acara ini. Kami merasa sangat bangga atas kerelaannya yang mau hadir dalam acara ini,” ungkapnya.
Tak hanya itu, sikap kerendahanya juga ditunjukan saat dibuka ruang diskusi. Setiap jawaban yang disampaikan sebagai respon balik dari pertanyaan, selalu digunakan sapaan ‘abang’. Padahal, lawan bicaranya itu terlihat lebih muda darinya.
“Saya pernah bertemu dan berbincang dengan seorang wartawan dan bertanya tentang persoalan yang diketahui di Rote Ndao. Abang saya, waktu itu bilang masalahnya. Dan kami berbincang banyak hal,” kata Dandim Bayu.
“O iya, ini abang saya yang waktu itu. Dari abang ini, saya mendapat banyak informasi tentang Rote,” sambungnya, setelah mengenali wartawan yang pernah berbincang dengannya sembari menunjukan raut gembiranya yang khas.
Dari kerendahanya itu, suasana diskusi pun terbangun dan berlangsung penuh keakraban. Beberapa orang yang sudah diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya, kembali mengambil bagian hingga beberapa kali.
Ini terjadi karena tak ada lagi sekat yang dibangun sebagai pembatas. Antara Dandim Bayu dan peserta yang diundang, layaknya sedang melangsungkan acara kekeluargaan. Atmosfir suasananya, serasa pertemuan tersebut terjadi setelah sekian lama terpisah.
“Beta (saya) berharap, dari pertemuan ini menimbulkan persahabatan yang erat. Biar katong (kita) secara bersama-sama bisa kikis rasa curiga ini satu sama lain,” ungkapnya. (*/ROLLE/TIM)