Menyusuri Lekuk Oefamba, Air Terjun Rahasia di Tanah Leluhur

KOLOBOLON, ROLLE.id–Jika anda mencari pelarian dari riuhnya dunia, Oefamba adalah jawabannya. Terletak di Desa Kolobolon, tempat ini adalah puisi yang mengalir dari sela batu, menggantungkan doa di pucuk pohon, yang tenang meresap hingga ke tulang.

Begitu masuk ke dalam kawasan ini, Anda seolah disambut oleh nyanyian dedaunan dan semilir angin yang berbisik di antara ranting. Air terjun Oefamba tak hanya menyegarkan tubuh, tetapi juga menyiram kelelahan jiwa.

Warna hijau mendominasi pandangan. Langkah kaki disambut tanah yang lembut dan semak yang tenang. Tak ada riuh kendaraan, hanya suara burung dan gemericik air yang menjadi pemandu perjalanan Anda.

Dulu, Oefamba hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang. Kini, ia telah dibuka untuk umum. Namun, tetap dengan syarat: jangan tinggalkan sampah, jangan sakiti pepohonan, dan jangan langgar batas kesopanan terhadap alam.

“Itu syarat mutlak. Kalau langgar, bisa disanksi adat. Kita tetap pegang aturan lama walaupun sekarang sudah jadi tempat wisata,” kata Bena Adu, Sekretaris Desa Kolobolon.

Oefamba bukan tempat biasa. Ia adalah destinasi spiritual yang membungkus keindahan dengan nilai. Di tengah geliat wisata, kawasan ini tetap menjaga keheningan yang agung.

Untuk menjaga dan merawatnya, pemerintah desa pun bergerak. Pagar pelindung sepanjang 4.000 meter mengelilingi kawasan, dan sistem retribusi ditetapkan agar pengelolaan berkelanjutan bisa terus berjalan.

Dengan harga tiket yang sangat terjangkau, setiap orang bisa menjadi bagian dari Oefamba. Bayangkan, hanya dengan Rp. 2.000, Anda sudah bisa menikmati surga tersembunyi. Anak-anak hanya Rp. 1.000. Bahkan parkir kendaraan pun murah.

Retribusi ini bukan untuk keuntungan pribadi. Semua kembali ke alam, untuk perawatan, pembersihan, dan pelestarian. Setiap rupiah adalah sumbangsih untuk keabadian.

“Jangan tunggu ramai, baru datang. Sekarang adalah waktu terbaik menyusuri Oefamba,” promosi Bena, sembari tersenyum.

Datanglah bersama keluarga. Bawa anak-anak. Biarkan mereka belajar menghormati alam sejak kecil. Di Oefamba, anak-anak tak hanya bermain air, tetapi juga belajar mencintai bumi.

Dan bagi pecinta fotografi, Oefamba adalah studio alami. Setiap sudut adalah bingkai, setiap langkah adalah narasi. Cahaya pagi menembus daun, membentuk siluet yang memukau.

Tak berlebihan jika Oefamba disebut sebagai mahakarya Tuhan yang dititipkan pada masyarakat adat. Jagalah, cintailah, dan nikmatilah.

“Oefamba adalah tanah leluhur, yang dijaga turun-temurun,” kata Bena. (*/ROLLE/ADV/JIT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.