BA’A, ROLLE.id–Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Rote Ndao, jadi trend dengan mengiasi setiap sudut pembicaraan berbagai kalangan.
Baik di media masa, media sosial, juga dalam kelompok-kelompok masyarakat. Tak ayal, isu ini selalu menyita perhatian karena mengambil porsi paling banyak.
Topik pembicaraanya selalu menampilkan sosok kandidat, serta pasangan calon, karena sudah menampakan diri secara terang-terangan.
Begitu juga dengan peluang terhadap lobi-lobi politik di sejumlah partai, hingga basis pendukung, yang merupakan indikator paling penting dalam perebutan kekuasaan secara demokrasi.
Yang kini memunculkan potensi kekuatan baru yang siap menghadang Lentera, jika Paulina Haning-Bullu, kembali masuk dengan jilid IV.
Kandidat ini memang selepas dilantik menjadi wakil rakyat, kerap melepas kritikan pedas terhadap kepemimpinan Paulina sebagai Bupati waktu itu.
Sontak, kedua lembaga, Eksekutif dan Legislatif, dengan gedung yang hanya dibatasi jalan raya itu, langsung terpisah jadi dua.
Diawali dengan ditolaknya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2020, yang kemudian dijalankan menggunakan Perkada dengan sejumlah sanksi.
Di situlah awal mula digaungkan semangat perubahan oleh Paulus Henukh, alias PH, dengan kapasitasnya sebagai wakil ketua DPRD Rote Ndao.
Yang kini telah mantap dengan langkah politiknya bersama Perindo, rumahnya sendiri yang mau merebut kekuasaan itu demi impian perubahan yang dicita-dicitakan.
Dengan pendaftaranya di PDI Perjuangan, sebagai Bakal Calon Bupati (Bacabup) PH, blak-blakan menyebut kandidat pendampingnya.
Lebih dari 5 nama, dengan melekat latar belakangnya masing-masing. Mulai dari politisi, akademisi, juga birokrat.
Tapi rupanya, PH, lebih condong memilih birokrat, karena dirinya sudah berada di posisi politisi, kader Perindo.
“Kebetulan saya ini kan kadernya Perindo. Mana bisa tidak diakomodir partai sendiri,” kata Paulus Henukh, kepada ROTE MALOLE, di bilangan RSUD Ba’a, Jumat (26/4).
“Nah, untuk wakil memang harus seimbang. Tapi kembali lagi di partai pengusung maunya bagaimana,” sambungnya.
Dalam penjelasanya, PH, memang tidak secara gamblang menyebut sosok yang lebih disukai sebagai Bacawabub-nya. Yang sudah disebutnya kemauan partai, ada beberapa nama yang kini tengah disurvei terhadap elektabilitasnya.
Masing-masing adalah, Migel Beama, Petrus Pelle, dan Libby Sinlaloe (politisi). Kemudian Jonas C. Lun, dan Stefanus Saek (birokrat), ditambah Marthen Luter Mulik, yang berasal dari kalangan akademisi.
Dari keenam figur tersebut, sesosok diantaranya dianggap paling ideal. Pertimbanganya berdasarkan pengalaman juga basis pendukung.
Bahwa, jika Paulus disandingkan dengan Jonas, maka dari namanya tercipta duet ‘PJ’, yang bisa mewujukan keseimbangan sebagaimana diharapkan PH.
“Adik Paulus berpasangan dengan bapak Jonas Lun, ini pasangan yang ideal. Mereka dua ini cocok,” kata ketua perkumpulan rumah besar Flobamora NTT Papua Barat, Clinton C. Tallo, kepada wartawan, Minggu (28/4).
“Selama di DPRD, adik Paulus, membuat banyak terobosan. Dan pak Jonas, juga berpengalaman, pernah jadi Wakil Bupati,” ungkap Clinton. (*/ROLLE/JIT)