LENTERA, ROLLE.id—YA, korban dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oknum Kepala Sekolah (Kepsek) AEM, sedang memikul beban teramat berat.
Sejak kasusnya mencuat, hari-harinya dilewati tanpa warna sebagaimana sebelumnya. Ia begitu terpukul sebagai seorang perempuan, ulah oknum Kepsek tersebut.
Di mana, dalam prosesi perdamaian yang mempertemukan kedua belah pihak untuk menyelesaikanya secara baik-baik, Kepsek AEM, mengakui semua perbuatanya terhadap korban YA.
Di hadapan orang tua korban, tetua adat juga pemerintah Desa Lentera Kecamatan Rote Barat Daya, Kepsek AEM, tak menampik semua pemberitaan yang diungkap YA.
Bahkan, YA, oleh pihak Kepsek, diminta untuk tidak lagi membuka cerita dalam prosesi tersebut. Dan prosesnya berlanjut hingga menyepakati denda adat terhadap Kepsek AEM.
Sayangnya, ujung dari penyelesaian itu tak membuahkan hasil yang diharapkan. YA, hingga kini terus memikul bebannya sambil mencari keadilan.
“Korban merasa sangat terbeban terhadap stigma-stigma buruk. Dan itu sonde (tidak) bagus untuk psikologi,” kata Kepala Desa Lentera, Dance M. Nggebu, kepada ROTE MALOLE, beberapa waktu lalu.
“Padahal, beta (saya) berharap agar proses situ bisa selesai supaya beta bisa masuk proses pemulihan psikologi terhadap korban,” ungkapnya.
Walau demikian, Dance, tetap berharap agar proses selanjutnya berujung baik. Yang kini sudah dilaporkan di Polres Rote Ndao, tetapi tidak secara otomatis mengurangi dampak traumatis dari korban YA.
Pasalnya, korban merupakan seorang staf bagian Tata Usaha (TU) di sekolah yang dipimpin AEM. Sehingga berdampak pada aktifitas YA, dalam menjalankan tugasnya di sekolah.
“Beta dapat info dari guru-guru di sekolah bahwa korban YA, jarang ke sekolah. Karena bagaimana pun dia pasti merasa malu sebagai seorang perempuan,” kata Kades Dance. (*/ROLLE/JIT)