OELOLOT, ROLLE id–Di pesisir pantai Desa Oelolot dan Sedeoen, Kecamatan Rote Barat, menyisahkan jejak memprihatinkan dari abrasi yang terus menggerus daratan.
Garis pantai yang dulu jauh, kian mengancam, dan membuat rasa was-was di setiap aktifitas sosial penduduk setempat.
Potret nyatanya, terlihat dari jalan penghubung yang semestinya mengalirkan aktivitas antarwarga, kini sangat sulit dilalui.

Pasalnya, daratan kini seolah terbelah, dan air laut bebas menggenang, membuat jalur itu terputus dari dunia sekitarnya.
Akibatnya, akses jalan dari Oelolot ke Sedeoen, dan sebaliknya sudah tak bisa dilalui. Membuat jarak yang dulunya dekat jadi jauh dengan harus memutar arah.
“Kalau musim begini, masih bisa lewat tapi setengah mati,” ungkap Arnolus Foeh, salah satu penjual es keliling kepada ROLLE.id (Rote Malole).

“Setengah mati karena ban tatanam di pasir,” ungkapnya menjelaskan.
Arnolus, mengaku bukan tinggal di Desa Oelolot dan Sedeoen. Tapi jalur tersebut, dilintasinya puluhan tahun untuk menjajakan kue dan es dengan sepeda motornya.

“Beta (saya) tinggal di Teuesa, tapi biasa lewat sini jual kue dan es. Beta jual keliling kampung, sekolah-sekolah dari tahun 2015,” kata Arnolus, dengan menyampaikan keprihatinannya atas kondisi tersebut.
“Ini su (sudah) tambah parah. Kalau musim hujan su sonde (tidak) bisa lewat lagi,” jelasnya. (*/ROLLE/JIT)








