Bencana Embung Oeina, 26 Ha Sawah Terendam Banjir, Gagal Panen Plus Tanam di Depan Mata

LIDOR, ROLLE.id–Hujan dengan intensitas tinggi, pada Kamis (23/2), berdampak buruk bagi petani di Kabupaten Rote Ndao.

Khabar tak sedap itu datangnya dari Desa Lidor di Kecamatan Loaholu. Lahan persawahan Oeina dengan luas 26 Hektare itu, terdampak parah, karena terendam air.

Hal tersebut dikarenakan oleh rusaknya tanggul pada embung Oeina. Di mana, embung tersebut terbilang ‘tua’, semenjak dibangun. Sehingga saat ini sudah tak mampu menahan beban air.

Berdasarkan laporan kaji cepat yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Rote Ndao, menyebutkan bahwa embung tersebut dikerjakan oleh Wahana Visi Indonesia (WVI).

Yang sejak dibangun pada tahun 1983 oleh WVI, embung tersebut kemudiaan direhabilitasi oleh dinas Pekerjaan Umum (PU). Dan itu dilakukan setelah 14 tahun dimanfaatkan oleh petani setempat.

“Sebagai informasi, embung ini (Oeina) dibangun oleh WVI pada tahun 1983 dan terakhir direhab oleh dinas PU pada tahun 1997,” tulis Diksel Haning, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Rote Ndao, dalam laporan kaji cepatnya, yang diterima ROTE MALOLE, Jumat (24/2).

Kerusakan tanggulnya terjadi di bagian dasar yang tergerus air. Akibatnya, terjadi longsoran di bagian itu sepanjang 109 meter.

Suasana peninjauan kondisi embung Oeina, oleh Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu, didampingi beberapa pejabat, Jumat (24/2). Foto : tangkapan layar

Di bagian lain, terdapat 3 buah pintu air yang kehilangan fungsinya. Berikut, 700 meter saluran irigasi primer dan sekunder juga rusak dari 3.000 meter total panjangnya.

“Hujan dengan intensitas tinggi terjadi pada pukul 05.00 sampai dengan 12.30, mengakibatkan banjir menggenangi lokasi persawahan seluas 26 Ha. Merusak tanggul, serta saluran irigasi,” kata Diksel, dalam laporanya.

Menurut Diksel, dampak kerusakanya masih dihitung oleh tim teknis. Tapi berdasarkan kaji cepat, nilainya ditaksir puluhan juta.

Dikatakan, untuk kebutuhan mendesak, terhadap dampak tersebut adalah, dibuat kanal atau saluran pengelak manual sepanjang 200 meter. Tujuanya adalah, untuk mengairi genangan air dari area sawah yang sedang tergenang.

“Untuk memimalisir dampak gagal panen,” kata Diksel.

Namun demikian, berdasarkan kondisi tersebut, Diksel, juga mengatakan bahwa, pesawah terancam gagal panen di musim ini. Berikut, pada musim tanam setelahnya, juga ikut terancam.

“Dampaknya, terancam gagal panen. Musim tanam kedua juga bisa terancam gagal karena debit air embung Oeina, mengalami penurunan muka air, akibat tanggul yang rusak,” ungkapnya. (*/ROLLE/TIM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.