Kisah Nelayan Rote yang Terdampar di MBD, Tersisa Air Mineral Setengah Dos, Tak Makan 4 Hari

LUANG BARAT, ROLLE.id–Keberuntungan disebut masih berpihak kepada Halid Badjiedh, bersama 4 rekanya. Masing-masing adalah, Panjul, Rendi, Badco Said Jalating, dan Harudin.

Mereka keluar melaut sejak Kamis (23/2) dari pelabuhan Papela, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao. Yang akhirnya ditemukan terdampar di Desa Luang Barat, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) Selasa (28/2).

Kisahnya dimulai dengan membawa bekal secukupnya, kemudian Halid, mengarahkan haluan perahu motor yang tak terlalu besar untuk berangkat melaut. Dan cuaca saat itu pun cukup mendukung aktifitas menangkap ikan.

Tak disangka, bahwa saat itu juga mereka akan dibawa jauh dari daerah asalnya. Dihantam gelombang besar, disertai hujan dan angin kencang.

“Kami dapat badai. Hujan, trus angin kencang. Ombak juga besar,” kisah Halid Badjiedh, salah seorang nelayan asal Desa Papela, kepada wartawan melalui saluran Video Call, Rabu (1/3).

“Karena badai itu, kami tidak bisa buat apa-apa. Apalagi mau tangkap ikan sudah tidak bisa. Sehingga kami hanya berusaha agar tidak tenggelam,” sambung Halid, dalam kisahnya.

Badai tersebut diakuinya dialami ketika masih berada di perairan sekitar pulau Timor. Tetapi karena tidak bisa berhaluan balik, mereka terpaksa mengikuti arus, dan hanyut begitu saja.

Halid, mengaku, dari persediaan bekal yang dibawa, seharusnya hari Jumat (24/2) atau Sabtu (25/2) mereka sudah balik ke Papela. Tetapi karena cuaca yang tak memungkinkan, mereka tak bisa berbuat banyak.

“Kami sangat takut, dan sudah pasrah,” ungkap Halid.

Perahu/jolor yang digunakan nelayan Desa Papela, Rote Ndao, yang terdampar di Desa Luang Barat, Maluku Barat Daya, Selasa (28/2). Foto : Istimewa

Dari rasa takut itu, Halid, mengaku tak merasa lapar. Begitu juga empat rekan lainnya, yang tetap siaga mengeringkan air dari dalam perahu.

“Bekal sudah tidak ada lagi. Kalau pun mau masak, sudah tidak bisa. Karena hujan dan angin sangat kencang. Dan kami semua hanya fokus jaga perahu agar tidak tenggelam. Terus timba air laut yang masuk dalam perahu,” kata Halid.

“Yang tersisa hanya air mineral satu dos, tapi tinggal setengah. Ada air juga di dalam satu jiregen. Jadi selama 4 hari, kami sudah tidak makan. Hanya bertahan dengan minum air,” ungkapnya.

“Di hari ke-5, kami lihat ada satu pulau kecil. Jadi kami coba merapat. Beruntung ada perahu yang sementara tonda ikan, jadi kami ditolong, dibawa ke darat dan diurus oleh warga dan pemerintah desa di sana,” ungkapnya lagi.

Kepala Desa Papela, Zugiarto Azhari, juga menyampaikan hal serupa. Bahwa, persediaan bahan makanan yang dibawa tak banyak. Hanya cukup satu atau dua hari.

“Dong (mereka) bawa bekal sonde (tidak) banyak. Karena biasanya perahu ukuran begitu, palingan kalau ini hari berangkat, besok atau lusa sudah balik. Tapi dong sangat beruntung, masih bisa selamat,” kata Zugiarto. (*/ROLLE/TIM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.