FUAFUNI, ROLLE.id–Masyarakat Dusun Nusamanuk, Desa Fuafuni Kecamatan Rote Barat Daya, diberdayakan sesuai potensi yang dimiliki. Selain sebagai nelayan tangkap, mereka dilatih tentang teknik budidaya rumput laut, Jumat (4/3). Sejumlah sarana penunjang dan bibit pun dibantu.
Dalam menyampaikan materi pelatihan, Mesrianus Dengak, penyuluh perikanan, menekankan pada penggunaan material yang ramah lingkungan. Dikatakan, bahwa tidak ada ruginya dengan menggunakan material yang disarankan.
Menurutnya, kelestarian lingkungan tetap terjaga hingga kelak dinikmati oleh generasi mendatang. Itu pun harus betul-betul dilaksanakan dengan penuh kesadaran bahwa potensi alam (laut) yang dimiliki wajib dijaga, dipelihara kelestarianya untuk dinikmati terus menerus.
“Dari sekarang kita harus lakukan. Bagaimana caranya? Ya dengan menggunakan bahan material yang ramah lingkungan. Banyak manfaatnya. Salah satu adalah menjaga agar potensi yang ada di sini tidak rusak,” kata Mesrianus Dengak, dalam materi pelatihanya.
Sebanyak 27 warga yang terlibat dalam kegiatan pelatihan tersebut. Mereka diajarkan tentang teknik budidaya rumput laut dengan metode yang baik dan benar.
Dengan pelaksana kegiatan adalah Yapeka, yang merupakan perkumpulan pemberdaya masyarakat dan pendidikan konservasi alam (Koalisi adaptasi). Di mana Yapeka adalah salah satu lembaga swadaya masyarakat yang melaksanakan program/proyek COREMAP-CTI, khusus di kawasan konservasi perairan oleh masyarakat secara berkelanjutan di laut Sawu.
Yang dalam pelaksanaanya, Yapeka berkonsorsium dengan pusat kajian sains keberlanjutan dan transdisiplin-institut pertanian Bogor (PKSKT-IPB), Yayasan Penabulu dan Indonesia Ocean Pride (IOP).
“Kegiatannya adalah pelatihan teknik budidaya rumput laut, yang merupakan salah satu potensi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir, sekaligus sebagai media untuk menyerap tenaga kerja,” kata Naomi Henukh, salah satu anggota koalisi adaptasi Yapeka, Minggu (6/3) kepada ROLLE.id
Pelatihan tersebut menurutnya agar masyarakat dapat mengakses atau memperoleh informasi mengenai cara-cara yang benar untuk meningkatkan produktifitas rumput laut. Sehingga dalam melakukan, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan (laut) yang berdampak pada ekosistem lainnya.
“Kami dorong masyarakat untuk tidak menggunakan pakan atau obat. Sebab bisa saja menurunkan kualitas rumput laut dan juga mencemarkan lingkungan. Melalui instruktur, kami ajar metode budidaya sederhana dengan bahan baku yang murah dan mudah didapat,” kata Omy.
Sementara itu, terhadap maksud dan tujuanya, Adrew Penna, yang juga anggota koalisi adaptasi Yapeka, mengatakan, keberhasilan budidaya rumput laut sangat tergantung pada teknik budidaya yang tepat dan dengan metode budidaya yang sesuai.
Metode budidaya yang dipilih, kata Adrew, hendaknya dapat memberikan pertumbuhan yang baik dalam penerapannya. Begitu juga dengan bahan baku, disebutnya disesuaikan dengan kemampuan petani rumput laut sendiri.
“Kegiatan ini untuk mendukung ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas untuk mewujudkan pengelolaan kawasan konservasi Taman Nasional Perairan (TNP) laut Sawu, melalui pengelolaan kawasan pesisir untuk kegitan budidaya rumput laut oleh masyarakat secara berkelanjutan,” kata Adrew Penna.
“Tujuanya adalah, agar masyarakat bisa mempelajari dan memahami teknik budidaya rumput laut dengan metode yang baik dan benar. Begitu juga terhadap hambatan-hambatan yang ditemui serta bisa melirik peluang dalam melakukan pengembangan,” sambungnya.
Selain dilatih dengan sejumlah ilmu, Yapeka, juga menyalurkan bantuanya. Sebanyak 1.500 kg bibit rumput laut jenis euchema catonii, dibantukan dalam kegiatan tersebut. Berikut 23 roll tali ris dan 23 roll tali ikat, sebagai bahan material penunjang pelaksanaan budidaya rumput laut di pulau Nusamanuk.
Tak hanya itu, pembangkit listrik tenaga surya dan rumah produksi juga dibantukan kepada warga Nusamanuk. Di mana rumah produksi ini dilengkapi peralatan pengolahan hasil perikanan berupa frezeeer, spininet dan kebutuhan packing/kemasan.
“Hasil lautnya bisa langsung diolah. Misalnya, berupa ikan kering, filus, puding langsung dipacking dari Nusamanuk,” kata Ujang Suhendra, koordinator Yapeka provinsi NTT. (*/ROLLE/TIM)