OELEDO, ROLLE.id–Kata ‘Meledak’ pertama kali digunakan ketua Srikandi PSI Rote Ndao, Apremoi Dudelusy Dethan.
Kata yang identik dengan hal menakutkan ini, viral dan mencuri hati publik. Dengan definisi sederhananya adalah perubahan zat kimia yang menimbulkan kehancuran berkeping-keping.
Makna itulah yang diambil menjadi spirit perubahan di Kabupaten Rote Ndao oleh paket Ita Esa, pasangan Paulus Henuk-Apremoi Dudelusy Dethan.
Komitmennya adalah ‘menghancurkan’ segala ketimpangan dengan mewujudkan pemerataan pembangunan mulai dari arah matahari terbit.
Bahwa, pratik ketidak-adilan yang berlangsung selama ini di Kabupaten Rote Ndao, dipastikan tidak berlaku di tangan Ita Esa.
Sehingga tak ada lagi anak emas dan anak tiri dalam pembagian ‘kue’ pembangunan. Yang bagi Ita Esa, masyarakat sudah cukup dikorbankan selama belasan tahun.
“Sekarang waktunya anak-anak muda berkarya. Berkarya dengan tepat tanpa pilih kasih. Semuanya sama, karena Ita Esa itu Rote Ndao,” kata Apremoi Dudelusy Dethan, dalam safari politiknya di Desa Oeledo, belum lama ini.
“Kita lupakan masa lalu, dan sambut harapan baru demi Rote Ndao yang lebih baik,” ungkapnya, disambut teriakan ‘meledak’ dari segenap masyarakat yang menghadiri kegiatannya pada Selasa (23/7).
“Dan untuk katong (kita) semua tahu bahwa ‘meledak’ itu artinya ‘melayani dengan kasih’. Paket Ita Esa, tidak kompromi dengan namanya korupsi. Makanya ada Rote Ndao ‘amanah’ yang kami agendakan dalam Sembilan butir perubahan untuk Rote Ndao,” tegas Apremoi.
Lanjutnya, bahwa semangat utama PSI adalah pemberantasan korupsi. Sehingga tindakan itu dianggap sebagai lawan utama karena merupakan kejahatan luar biasa, penghalang upaya menyejahterakan masyarakyat.
“Yang korupsi-korupsi, pasti tidak akan macam-macam lagi karena kita akan buat ‘meledak’. Artinya ada tindakan tegas dan terukur. Dan itu harus dimulai dalam diri kita sendiri,” tegas Apremoi.
“Saya sudah buktikan itu di lingkungan usaha selama ini. Bahwa, walau tidak pelanggan, minimal ada aktifitas lain yang harus dilakukan, daripada duduk santai main hp. Saya paling anti itu,” ungkapnya.
“Jadi ketika perjuangan kita ini diperkenankan berhasil, maka tidak ada lagi gerak lambat. Semuanya harus cepat dan tepat. Itulah gerakan perubahan yang kita buat ‘meledak’ dari orang-orang muda yang mau mengejar ketertinggalan selama ini,” ungkapnya lagi.
Penjelasannya itu memantik apresiasi mantan ketua DPRD Rote Ndao, Zakarias Manafe. Yang tak disangka, anggota DPRD lima periode ini mengungkap hal mengejutkan.
“Yang kita dengar tadi, apa ada yang salah?,” tanya Zakarias.
“Beta (saya) sudah lima periode, atau 25 tahun jadi anggota DPRD, tapi belum pernah dengar ada sarjana yang bisa omong seperti ini. Kebetulan beta juga punya ijasah paket C, yang sama dengan beliau,” ungkap Zakarias.
“Tapi inilah kelebihan seseorang yang harus kita akui bersama. Bahwa walau ibu Apremoi berijasah paket C, tapi punya otak seperti bahkan lebih dari sarjana,” sambungnya. (*/ROLLE/JIT)