KOLOBOLON, ROLLE.id–Di ujung paling selatan Republik ini, ada tempat yang menyimpan keindahan. Namanya Oefamba, sebuah air terjun bertingkat di Desa Kolobolon, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao.
Bagi siapa pun yang menginjakkan kaki di sana, satu kalimat akan terpatri di hati: “Inilah surga yang turun diam-diam ke atas bumi.”
Perjalanan menuju Oefamba bukan tanpa tantangan. Jalan tanah dengan semak belukar di samping kiri dan kanan, menjadi gerbang alami yang seolah ingin menguji kesungguhan setiap pengunjung.
Namun, seperti halnya kisah-kisah agung, hadiah selalu datang di ujung perjuangan. Ketika suara gemericik air mulai terdengar di balik rimbunnya hutan, itu adalah panggilan lembut dari surga yang menunggu untuk ditemukan.
Begitu Oefamba tampak di depan mata, dunia seolah membeku sejenak. Air terjun bertingkat itu menjulang tanpa angkuh, justru dengan kelembutan yang meneduhkan.
Setiap tingkatannya, berkisar 2,5 hingga 5 meter, mengalirkan air jernih yang menari dalam bias cahaya matahari. Tak deras, tapi lembut. Tak berisik, penuh suara. Inilah nyanyian bumi yang murni.
Di kaki air terjun, terbentang kolam alami dengan air sejernih kristal. Warnanya kehijauan, memantulkan dedaunan dan langit seolah-olah alam sedang bercermin.
Airnya dingin, tapi menyegarkan, seolah membawa kabar dari pegunungan yang jauh. Setiap cipratan di tubuh bukan hanya melepas lelah, tapi seperti membasuh seluruh beban dunia.

Dinding batu di kiri dan kanan air terjun membentuk gua-gua kecil yang unik. Dari sanalah kadang terdengar suara-suara gerakan kawanan monyet yang menjadi penghuni tetap kawasan ini.
Mereka tak mengganggu, hanya sesekali menampakkan diri, seolah mengawasi siapa yang datang dengan niat baik. Mereka adalah penjaga Oefamba-roh hutan dalam bentuk nyata.
Keheningan yang melingkupi tempat ini bukan keheningan kosong. Ia penuh gema kehidupan. Di sela-sela pohon besar dan semak basah, kicauan burung berpadu dengan desir angin, menciptakan harmoni yang membuat kita lupa waktu.
Oefamba bukan hanya cantik, tapi juga sakral. Ia menyentuh bagian terdalam dari diri kita yang selama ini mungkin tenggelam dalam bising kota.
Dan ketika senja tiba, Oefamba berubah menjadi panggung agung. Cahaya keemasan menyusup dari sela dedaunan, menari di permukaan air, dan memantulkan warna-warna surgawi ke dinding-dinding batu.
Semua menjadi lebih hidup, lebih hangat, dan lebih indah. Tak ada kamera yang bisa menangkap keajaiban ini sepenuhnya-karena keindahan sejati hanya bisa ditangkap oleh hati.
Tak mengherankan bila masyarakat lokal memanggilnya dengan penuh hormat. Bagi mereka, Oefamba bukan sekadar air terjun, tempat yang menyentuh roh.
Dalam banyak kisah rakyat, tempat seperti ini adalah lokasi suci, di mana manusia dan alam bisa bicara dalam bahasa yang tak bisa ditulis, hanya bisa dirasakan.

Pemerintah Kabupaten Rote Ndao kini mulai memberi perhatian serius terhadap potensi wisata ini. Akses jalan dan rambu penunjuk arah mulai dipetakan, namun satu hal yang ditekankan: pembangunan tak boleh merusak jiwa Oefamba. Pengelolaan berbasis komunitas lokal mulai dirintis, agar mereka yang paling dekat dengan alam ini juga menjadi penjaganya.
Bagi para pencinta alam, fotografer, pejalan sunyi, atau siapa pun yang haus akan kedamaian, Oefamba menawarkan sesuatu yang tak bisa dibeli di tempat lain.
Karena setiap sudutnya adalah lukisan, dengan hembusan anginnya layaknya puisi, dalam doa tetesan airnya.
Tempat ini bukan untuk yang mencari gemerlap. Tapi bagi yang mencari kedalaman. Bukan untuk yang ingin hingar bingar, tapi untuk yang ingin pulang-kepada alam. Kepada diri sendiri, dan kepada rasa kagum yang selama ini terkubur oleh layar-layar gadget dan deru mesin.
Jadi, jika langkahmu suatu hari menjejak di pulau terselatan ini, sempatkanlah untuk singgah di Kolobolon. Datanglah ke Oefamba bukan sebagai wisatawan, tapi sebagai peziarah. Karena di sini, Tuhan menciptakan keindahan bukan untuk dipamerkan, tapi untuk dirasakan dengan penuh syukur.
Dan ketika akhirnya kamu kembali dari sana, bukan hanya foto yang kamu bawa pulang. Tapi juga perasaan baru tentang betapa agungnya ciptaan, dan betapa kecilnya kita di hadapan semesta. Oefamba bukan hanya tempat. Ia adalah pengalaman. Ia adalah rahasia alam yang kini menunggu untuk kau temukan.
“Bagi pengunjung, dihimbau untuk membawa kembali sampah dan tidak meninggalkan jejak yang merusak alam,” pesan Sekretaris Desa Kolobolon, Bena.Adu.
“Jaga Oefamba seperti menjaga rumah sendiri,” ungkapnya. (*/ROLLE/ADV/JIT)