DAIAMA, ROLLE.id–Kabupaten Rote Ndao, mencatatkan namanya dalam peta pembangunan Nasional setelah ditetapkan sebagai lokasi utama pengembangan Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN).
Proyek strategis ini akan menyasar total luasan lahan mencapai 13.868 hektar, di 13 desa yang tersebar di Kecamatan Landu Leko, Rote Timur, dan Pantai Baru.
Yakni, Desa Daurendale, Daiama, Pukuafu, Lifuleo, Tenalai, dan Sotimori (Landu leko). Desa Serubeba, dan Matasio (Rote Timur). Kemudian, Desa Edalode, Keoen, Ofalangga, dan Tesabela (Pantai Baru).
Di mana, pembangunan kawasan industri garam ini merupakan kelanjutan langsung dari kunjungan Menteri Kelautan dan Perikanan RI ke Rote Ndao beberapa waktu lalu. Menegaskan potensi besar daerah ini dalam mendukung swasembada garam nasional.
Dan pemerintah setempat bersama pemerintah pusat tengah menyiapkan skema percepatan penyiapan lahan. Termasuk pendataan dan pendaftaran sertifikat tanah milik warga yang akan digunakan untuk proyek besar ini.
“Kami sudah petakan lokasi-lokasi yang paling strategis. Saat ini fokus utama adalah memastikan kesiapan lahan dan dukungan masyarakat,” kata Bupati Rote Ndao, Paulus Henuk, di Desa Daiama Kecamatan Landu Leko, Rabu (18/6).
Bupati Henuk, berharap partisipasi aktif dari warga, terutama para pemilik lahan agar proses pengembangan bisa berjalan lancar. Skema yang disiapkan bukan hanya mempercepat proses legalitas, tetapi juga membuka akses masyarakat untuk ikut serta dalam rantai produksi dan distribusi garam nasional.
Di mana, proyek K-SIGN ini ditargetkan tidak hanya menjadi pusat produksi. Ada ekosistem ekonomi baru yang ikut terpantik, dengan melibatkan ribuan warga dalam sektor pekerjaan langsung. Melalui usaha kecil menengah, hingga pengembangan kawasan wisata edukasi garam.
“Rote Ndao tidak hanya menjadi lokasi, tetapi juga menjadi aktor utama dalam mendukung ketahanan dan kemandirian industri garam Indonesia,” bangga Bupati Henuk. (*/ROLLE/JIT)
