Sepakat Revitalisasi Wisata Secara inklusif, Rote Ndao dan PIAR Teken MoU, Roteng dan Lobalain Jadi Lokus

KUPANG, ROLLE.id–Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rote Ndao bersama perkumpulan Pengembangan Inisiatif Advokasi Rakyat (PIAR) Nusa Tenggara Timur (NTT), bersepakat tangani dampak Covid-19. Kesepakatanya adalah melakukan revitalisasi desa/kelurahan wisata inklusif.

Kedua belah pihak, baik Pemkab dan PIAR, telah menuangkan kesepakatanya dalam dokumen Memorandum of Understanding (MoU). Dan oleh Pemkab, dokumen tersebut ditanda-tangani oleh Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu dan Sarah Lery Mboeik, koordinator pelaksana PIAR NTT.

“Mama Bupati dan PIAR sudah teken MoU tentang Penanggulangan Dampak Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) melalui Revitalisasi Desa/Kelurahan Wisata Inklusif. Tekenya di Kupang,” kata Asisten Administrasi Umum Jermy Haning, Minggu (27/3) kepada ROLLE.id.

“Itu dilakukan kemarin, Sabtu (26/3) di Cafe Paradox, Kota Kupang. Bersama Konsorsium Swara Paranpuang, yang di dukung Pemerintah Australia melalui Program DFAT-SIAP SIAGA,” lanjut Jermy.

Menurutnya, Bupati Paulina, selain menyambut baik juga mendukung pelaksanaan program penanggulangan dampak bencana Covid-19 di daerah yang dipimpinya.

Sekaligus mengapresiasi dan berterima kasih kepada PIAR NTT dan Konsorsium Swara Paranpuang, yang mengarahkan pendanaan dari luar negeri terhadap peningkatan perekonomian masyarakat rentan.

Dikatakan, setelah meneken MoU tersebut, Bupati Paulina, langsung mengistruksikan untuk mendorong semua stakeholder untuk menyukseskan. Yang diakuinya, bersama dua asisten lainnya diinstruksikan untuk memfasilitasi pelaksanaanya di Rote Ndao.

“Kami tiga orang asisten, yakni, pak Untung Harjito, Administrasi Pemerintahan dan Kesra, pak Armis Saek, Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan, termasuk saya sendiri diperintah untuk laksanakan. Sehingga akan kami dorong OPD terkait, camat, Kades/Lurah, serta masyarakat untuk sama-sama kami lakukan,” kata Jermy.

Sedangkan terhadap titik pelaksanaanya, Jermy, mengatakan bahwa program tersebut difokuskan pada wilayah desa yang memiliki potensi wisata. Selain itu, juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat atraksi wisata. Kemudian memiliki aksesibilitas, serta mempunyai hasil produksi lokal yang bisa dikembangkan.

“Hasil produksinya seperti tenun ikat, topi Ti’i Langga dan lain-ini. Karena daerah atau desa/kelurahan yang dipilih, harus memenuhi syarat. Yaitu, punya potensi wisata untuk atraksi, punya aksesibilitas dan punya hasil produksi untuk cindera mata atau ole-ole,” kata Jermy.

“Dari syarat-syarat itu, maka ada 2 desa dan dua kelurahan di dua Kecamatan yang pilih jadi lokus. Masing-masing adalah desa Maubesi di Kecamatan Rote Tengah, Kelurahan Namodale dan Mokdale, serta Desa Ba’adale, di Kecamatan Lobalain,” lanjut Jermy. (*/ROLLE/TIM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.