MBALI LENDEIKI, ROLLE.id–Tangis pilu yang pecah di acara pemakaman Kepala Desa (Kades) di Kecamatan Ndao Nuse, menggores luka menyayat hati. Suasana ini terjadi saat perangkat Desa Ndao Nuse, mengusung peti jenazah pemimpinya ke liang lahat, Rabu (22/3).
Tangis itu menggambarkan kesedihan yang pilu dari luka yang teramat dalam. Dan tangisanya berasal dari keluarga, istri, anak dan sanak saudara, bahkan kerabat, yang dirundung duka.
Dimana, ada rasa yang begitu berat dan tak kuasa melepaskan kepergian orang yang dikasihi. Tapi mereka harus menerima kenyataan untuk terpisah dalam kehidupan beda alam.
Yakni, Asahel Miteni Lende, yang sedang menjabat sebagai Penjabat Kepala Desa (Pj Kades) Ndao Nuse ini, tak disangka pulang dengan kondisinya yang terbujur kaku, tak bernyawa. Ia dikenal ramah dan akrab soal urusan pertemanan.
Diketahui, Asahel, pergi dari Ndao ke Ba’a, pada Jumat (17/3). Di sana, dirinya seakan berpamitan, sebelum pergi memancing ikan di pantai Fedok, Desa Oelolot, Kecamatan Rote Barat.
Di sanalah, Asahel, bersama dua rekanya tenggelam, setelah sampan yang ditumpangi dihantam gelombang besar. Mereka kemudian terhempas, terapung dan berusaha menyelamatkan diri dengan berenang.
Tapi di malam yang dingin dan gelap itu menjadi saksi bisu dari usaha tersebut. Yang sesekali ada perjuangan kuat untuk melawan ganasnya arus dan gelombang yang datang bergulung-gulung.
Hanya saja takdir berkehendak lain. Asahel, dan satu rekan Kades harus meregang nyawa dalam ganasnya malam itu. Ditemukan sudah tak bernyawa dalam upaya pencarian, Senin (20/3)
Saat riwayat hidupnya dibacakan dalam prosesi pemakamanya, Asahel, disebut meninggalkan empat orang anak, dari pernikahanya dengan Sitri Rini Lodoh.
Keempat anaknya adalah, Caca Efron Lende, Didin Adisol Lende, Richardo Ferdinan Lende, dan Kinanti Terocia Lende.
“Almarhum menikah dengan Sitri Rini Lodoh dan dikarunia 4 orang anak,” kata Marni Fiah, saat membacakan riwayat hidup Pj Kades Ndao Nuse, Asahel Miteni Lende, Rabu 22/3).
Yang sebelumnya, Marni menyampaikan bahwa almarhum Asahel, merupakan anak ke-6 dari 7 bersaudara. Dan terlahir dari pasangan Soleman Lende (alm) dan Dortia Lodoh.
Terhadap kematianya, ada sekelumit cerita yang sempat ditinggalkan sebelum dijemput ajalnya. Asahel, dikisahkan sempat bercerita panjang lebar hingga sepakat dalam sebuah janji.
Hal tersebut dikisahkan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Rote Ndao, Yames M. K. Therik. Yang saat itu, dirinya bertindak sebagai pembina, dalam upacara pemakaman secara kedinasan.
“Sampai dengan hari Sabtu (18/3) saya masih sama-sama dengan Asahel, yang kesaharian kita sapa Kici,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Rote Ndao, Yames M. K. Therik, di Desa Mbali Lendeiki.
“Kita dua bicara banyak, diskusi banyak. Setelah itu saya antar kici ambil motor dan pulang. Kita dua janjian lagi untuk ketemu pada Senin (20/3) untuk urusan kantor,” ungkapnya.
“Tetapi undangan maut di laut pada tanggal 19 Maret 2023, menunjukan bahwa kekuasaan Tuhan tidak bisa ditawar,” ungkapnya lagi.
Selanjutnya, kepada keluarga yang ditinggalkan, dirinya kemudian menyampaikan penguatanya. Bahwa semua yang berada di bawah kolong langit, tak bersifat abadi.
“Bahwa apapun kita, ketika Tuhan memanggil, dalam kondisi apa pun, kita akan kembali ke pencipta,” kata Kadis Yames.
“Sebagai orang beriman, dia (Asahel) telah serahkan hidupnya, dia serahkan juga orang yang ditinggalkan kepada Tuhan. Dia pasti bilang, Tuhan boleh ambil saya, tapi Tuhan tolong jaga istri dan anak-anak saya,” sambungnya. (*/ROLLE/TIM)