BA’A, ROLLE.id–Sekelompok orang tiba-tiba menggeruduk Markas Komando Polres (Makopolres) Rote Ndao, Selasa (17/10).
Dengan jumlahnya yang kian bertambah, mendapat tindakan terukur dari aparat kepolisian atas tindakan anarkisnya.
Yang saat masuk, masih terdengar komunikasi antara koordinator pendemo dengan petugas kepolisian. Mereka berhadap-hadapan dengan jarak yang begitu dekat.
Tapi itu hanya sesaat. Dan kericuhan pun terjadi dari permintaanya yang tak dikehendaki untuk masuk. Barisan polisi didorong massa pendemo.
Antara pendemo dan petugas kepolisian yang dibatasi tali Dalmas, tak lagi dihiraukan. Massa terus menerobos dan memaksa maju.
“Kami dari jajaran kepolisian Polres Rote Ndao, memohon dengan sangat kepada saudara-saudaraku pengunjuk rasa, agar dapat menjaga ketertiban, dan keamanan,” imbau salah satu anggota polisi dengan menggunakan pengeras suara yang dibawanya.
“Kami mohon, jangan melakukan pelanggaran hukum. Jangan menyusahkan anggota masyarakat lainnya, dan jaga martabat kita sebagai masyarakat,” sambungnya untuk menenangkan.
Imbauan tersebut malah dibalas lemparan batu, kayu, dan juga botol air kemasan. Massa pendemo kian ‘beringas’ dalam aksinya.
Walau demikian, polisi tetap bertahan dengan melindungi diri menggunakan tameng. Barikade polisi terus didorong dan ditendang saat jumlah massa pendemo bertambah banyak.
Kondisi itulah yang memaksa polisi untuk melakukan penebalan barisan. Pasukan Dalmas lanjut diterjunkan,
Berikut satu unit mobil Water Canon, yang didahului dengan tindakan ‘shock therapy’, tapi tak berdampak apa-apa.
“Perhatian-perhatian, atas nama undang-undang, kami perintahkan untuk melakukan unjuk rasa dengan tertib,” ucap salah satu anggota Polisi, yang bertindak sebagai komandan.
“Kompi, dorong maju. Penembak gas air mata persiapan. Tembak…….tembak,” perintahnya untuk membubarkan aksi massa yang kian brutal.
Massa yang tadi-tadinya brutal dengan aksinya, harus lari kocar-kacir menghidari tembakan gas air mata.
Tapi salah satu diantara mereka (pendemo) terjatuh, dan diinjak oleh rekannya sendiri. Pendemo itu ditinggal begitu saja saat polisi bergerak maju.
Dan dengan sigapnya, polisi kemudian membentuk barisan pelindung, dari unit pelindung, melindungi tim Kesehatan lapangan (Keslap). Pendemo yang terjatuh tadi, ditandu keluar untuk mendapat pelayanan medis.
Ternyata, aksi tersebut hanyalah sebuah simulasi penanganan unjuk rasa yang dilakukan Polres Rote Ndao. Itu dilakukan dalam apel gelar pasukan dalam rangka operasi Mantab Brata 2023-2024, Selasa (17/10).
Dengan rangkain simulasi lanjutannya, ada tembakan air melalui kendaraan Water Canon yang sudah disiagakan.
Di mana, tindakan tersebut dilakukan untuk membubarkan massa secara paksa, jika kondisinya betul-betul sulit dikendalikan.
Yang dalam simulasinya, juga menampilkan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Rote Ndao, sebagai sasaran amukan massa pendemo.
Bahwa, kantor tersebut dijaga ketat oleh aparat keamanan selama proses Pemilihan Umum (Pemilu) berlangsung.
“Inilah gambaran penangananya dari anggota kami saat terjadi di lapangan. Tapi kami berharap tidak sampai demikian,” kata Kapolres Rote Ndao, AKBP Mardiono, kepada ROTE MALOLE. (*/ROLLE/JIT)