SANGGADOLU, ROLLE.id–Kapolres Rote Ndao, AKBP I Nyoman Putra Sandita, melakukan terobosan luar biasa. Dari atas mimbar gereja, jemaat diserukan untuk membantu polisi dalam menjaga Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) dengan tidak percaya suanggi/santet.
Hal tersebut dilakukanya di gereja GMIT Gloria Lotelutun, Desa Sanggandolu, Kecamatan Rote Barat Daya, Minggu (27/3). Dengan penyelenggaraanya tetap menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes) Covid-19.
Di gereja tersebut, Kapolres Nyoman, lebih menekankan soal adanya kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau mistis. Sehingga dirinya mengimbau agar masyarakat tidak mempercayai, karena sangat bertentangan dengan ajaran agama.
Dari kepercayaan tersebut, menurutnya bisa berdampak pada perbuatan melawan hukum. Di mana masih ada tindakan penganiayaan hingga pembunuhan hanya karena termakan isu santet atau suanggi.
“Di masyarakat kita masih ada pemahaman tentang kuasa santet atau suanggi. Jika ada yang meninggal, maka mulai menuduh atau berprasangka bahwa meninggal karena suanggi,” kata Kapolres Rote Ndao, AKBP I Nyoman Putra Sandita, Minggu (27/3) kepada ROLLE.id.
“Dari prasangka itulah kemudian masyarakat terprovokasi dan bertindak melawan hukum. Seperti melakukan penganiayaan hingga pembunuhan,” lanjut Kapolres Nyoman.
Padahal, dalam ajaran agama, masih kata Kapolres Nyoman, kepercayaan tersebut (santet/suanggi) tidak diakui. Begitu juga dengan penegakkan terhadap tindakan melanggar hukum, diperlukan cukup bukti bukan sekedar tuduhan atau prasangka yang tanpa dasar.
“Apabila ada masyarakat yang dianggap telah melanggar hukum, segera laporkan ke pihak kepolisian. Jangan mudah percaya dari informasi yang disampaikan oleh pihak-pihak tertentu kemudian main hakim sendiri. Yang pada akhirnya keluarga juga ikut dirugikan,“ kata Kapolres Nyoman.
“Yakin dan percaya, bahwa kami di Kepolisian, pasti proses sesuai hukum yang berlaku setiap aduan yang diadukan oleh masyarakat,” sambungnya.
Menanggapi hal yang dilakukan oleh Kapolres Rote Ndao, Ketua Majelis Jemaat GMIT Gloria Lotelutun, Marshal Faah, menyatakan dukunganya. Dirinya juga berterima kasih sekaligus bangga terhadap kunjungan pucuk pimpinan Polres di gerejanya.
Dan ternyata, santet/suanggi juga merupakan pergumulan yang selama ini digumuli. Bahwa, kasus penganiayaan hingga pembunuhan masih dilatar-belakangi terhadap kepercayaan mistis.
Marshal, juga mengatakan bahwa tidak dibenarkan dalam ajaran untuk merenggut nyawa orang lain dengan cara membunuh. Sebab, selain merugikan orang lain, tindakan tersebut tidak dikehendaki Tuhan.
“Pada prinsipnya dalam ajaran agama tidak ada yang membenarkan adanya tindakan yang merugikan orang lain. Apalagi hingga membunuh,” kata Ketua Majelis Jemaat GMIT Gloria Lotelutun, Marshal Faah.
“Bersama seluruh jemaat, kami sangat bersyukur terhadap kunjungan ini yang membawa berkat tersendiri. Kami juga sangat mendukung apa yang telah dilakukan oleh bapak Kapolres Rote Ndao, untuk mencegah tindakan yang dilatar-belakangi santet/suanggi,” sambungnya. (*/ROLLE/TIM)