LOMAN, ROLLE.id–Adelheid da Silva, unggul dari dua calon ketua Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Dewan Pengurus Cabang (DPC) Paroki St. Kristoforus Ba’a. Selisih tiga suara yang dikantongi, melegitimasi dirinya untuk kembali memimpin organisasi tersebut.
Proses pemilihan ketua, dilakukan dalam Konferensi Cabang (Konfercab) II WKRI, Sabtu (2/4) di aula hotel Videsy. Di mana, Adelheid, mengantongi 9 dari 15 pemilik suara, dan keluar sebagai ketua terpilih.
Untuk pesaingnya, Maria Stefana Thius, meraih 6 suara. Dan ini dihasilkan pada pemilihan putaran ke-2, karena sebelumnya, kedua calon ini, sama-sama meraih 7 suara.
Sedangkan calon lainnya, yakni, Mariana S. N. Thoma, sudah lebih dulu gugur pada putaran pertama. Sehingga putaran selanjutnya, hanya Adelheid dan Maria, yang berkompetisi untuk merebut posisi ketua.
“Pada putaran kedua, ma Mariana, sudah tidak lagi, karena gugur. Kemudian kami pilih ulang karena saya dan ma Adel (sapaan akrab Adelheid) sama 7 suara,” kata Maria Stefana Thius, salah satu calon ketua, yang posisinya dalam Konfercab sebagak ketua panitia.
Prosesnya, kata Maria, dilakukan dalam pemungutan suara. Dengan total pemilik hak suara sebanyak 18. Namun, tiga diantaranya tidak hadir untuk memberikan suara dalam pemilihan tersebut.
“Semuanya ada 18 hak suara, tapi 3 tidak datang, ikut memilih, jadi hanya 15. Dan ma Adel, keluar sebagai pemenang yang unggul 3 suara dari saya. Ma Adel 9 suara, sedangkan saya 6 suara,” kata Maria.
Dengan komposisi kepengurusan berdasarkan hasil Konfercab II adalah, Adelheid da Silva, sebagai ketua, Maria Stefana Thius, wakil ketua I dan wakil ketua II adalah Mariana S. N. Thoma.
Adelheid, memimpin organisasi tersebut bukan kali pertama. Sudah belasan tahun, dirinya memimpin dengan pemilihan sebelumnya kebanyakan dari hasil aklamasi.
Yang pada kepemimpinan sebelumnya, masih menyisahkan beberapa program kerja. Karena belum tuntas dilaksanakan, Adelheid, menyebutnya sebagai ‘Pekerjaan Rumah’ alias PR, yang harus dituntaskan.
Satu diantaranya adalah mengangkat derajat kaum perempuan. Sehingga untuk hal tersebut, Adelheid, mengatakan, sebagai pembuktian terhadap kapasitas kaumnya, melalui peningkatan usaha ekonomi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
“Itu yang akan kita berdayakan dalam program kegiatan WKRI. Contoh, peningkatan ekonomi dalam bidang usaha UMKM dalam bentuk kelompok,” kata Adelheid da Silva.
“Tapi kita tidak bekerja sendiri dan tetap bersinergi dengan pemerintah. Karena WKRI ini bukan organisasi internal gereja, tetapi merupakan organisasi sosial masyarakat yang tidak meninggalkan ajaran sosial gereja,” sambungnya.
Menurutnya, dalam ajaran sosial gereja tidak melenceng dari ajaran-ajaran lainnya untuk berkarya dan membantu sesama serta mendukung program pemerintah. Sehingga untuk pembentukan kelompok UMKM, Adelheid, menyebut, dimulai dari kelompok-kelompok kecil.
“Karena baru memulai, sehingga tentunya kita juga harus menyesuaikan dengan anggaran. Karena pembentukan itu tidak saja sekedar membentuk tetapi juga semua persiapan. Sehingga target kita pertama itu kurang lebih di dalam (internal) kita dulu,” ungkapnya. (*/ROLLE/TIM)