MALAKA, ROLLE.id–Agustinus Nahak, yang kian dikenal melalui kiprahnya sebagai seorang advokat di tingkat nasional, ternyata berasal dari sebuah kampung kecil nan terpencil.
Persisnya di daerah perbatasan Indonesia dengan Republik Demokratik Timor-Leste (RDTL), pria berusia 47 tahun ini di lahirkan di Laenkroti, Desa Manumuti, tanggal 21 Agustus 1976.
Agustinus, yang lebih akrab disapa Agus Nahak, memulai pendidikanya di SDK Manumuti, Malaka Tengah, Kabupaten Belu, tahun 1983, tamat tahun 1989. Kemudian SMP Negeri 2 Atambua tahun 1989, tamat 1992, dilanjutkan di SMA Aileu, tamat tahun 1995.
Setelah tamat SMA, Agus, yang mencintai dunia advokat, memilih kuliah di fakultas hukum Universitas Warmadewa Bali. Dia berhasil menyelesaikan tahun 2012, dengan menyandang gelar Sarjana Hukum (SH).
Serasa ingin memperdalam ilmunya di bidang tersebut, Agus, kembali melanjutkan studi di almamaternya. Gelar Magister Hukum (MH), diraih tahun 2017.
Dengan bekal tersebut, Agus, semakin mantap meraih mimpinya sebagai seorang advokat. Kiprahnya langsung melejit, dengan membongkar banyak kasus berskala nasional. Agus, kian dipercaya sebagai pengacara handal.
Dalam kariernya yang lagi bagus-bagusnya saat ini, Agus Nahak, tetap tak lupa kampung halaman. Dirinya merespon panggilan dari tempat dia dilahirkan dan dibesarkan.
Di sana, ada mandat yang bulat hati ditaruh di atas pundaknya. Dia (Agus Nahak) sangat diharap menjadi saluran aspirasi masyarakat, mulai dari Malaka.
Bahwa, Agus Nahak, selain sebagai advokat, kini merupakan salah satu kandidat Calon Legislatif (Caleg) DPR RI.
Dia diusung partai Nasional Demokrat (NasDem) di Daerah Pemilihan NTT 2, yang meliputi Kabupaten Belu, TTU, TTS, Kupang, Rote Ndao, Sabu, Sumba, dan Kota Kupang, serta Malaka, kampungnya sendiri.
Teranyar, dalam safari politik di kampungnya baru-baru ini, masyarakat adat setempat menyelenggarakan sebuah posesi yang begitu sakral.
“Hari Rabu (1/11) kami ada dalam ritual adat masuk ‘Uma Wehun Motaulun’ Malaka,” tulis Agus Nahak, dalam story WhatsAppnya, Rabu (1/11).
Dalam storynya itu, terlihat sebuah pedang yang cukup panjang berbalut kain tenun, diserahkan tetua adat kepada Agus Nahak. Yang dengan mantap diterima, melangkah dalam kawalan iring-iringan adat, masuk ke dalam rumah tua/adat.
Juga terdengar tuturan syair dalam bahasa daerah setempat, mengawali prosesi penyerahan tersebut. Dan para tetua, yang lengkap mengenakan busana adat beserta aksesoriesnya
“Bersama para raja, tokoh adat, dan masyarakat, kami sama-sama mengantar leluhur ke rumah adat yang baru dibangun,” jawab Agus, kepada ROTE MALOLE, menjelaskan gambar dalam video yang di-storykan.
“Sedangkan yang diserahkan tetua adat adalah pedang leluhur,” sambungnya.
Selain prosesi tersebut, kehadirannya di Malaka, diakui sebagai kegiatan yang dikehendaki dalam momentum pesta demokrasi. Dirinya bertemu, dan bertegur sapa dengan masyarakat, yang merupakan sanak-saudaranya sendiri.
“Kegiatan ini dalam kaitan dengan pesta demokrasi, yang mewajibkan kita harus melakukan sosialisasi ke masyarakat,” kata Agus Nahak.
“Dan kelak di gedung senayan sekalipun, saya tetap membuka pintu diskusi. Tetap ada ruang konsultasi untuk siapa saja yang butuh pendampingan hukum,” sambungnya. (*/ROLLE/JIT)