BUSALANGGA BARAT, ROLLE.id–Satu atraksi budaya yang dimiliki Kabupaten Rote Ndao, terbilang unik. Dengan keunikannya terletak pada keikutsertaan kuda-kuda yang dihias. Ditunggang dan dipacu tidak cepat, pada arena yang dibuat melingkar.
Jumlahnya pun tak sedikit. Bahwa, peserta juga tidak dibatasi pada usia tertentu. Baik tua, muda dan juga anak-anak bisa ambil bagian. Asalkan mampu menunggang kuda, dengan lincah mengarahkan tali kekang dan menjaga keseimbangan.
Atraksi ini tidak untuk menguji ketangkatasan kuda. Begitu juga terhadap kecepatan yang beradu paling cepat. Juga tak ada waktu yang dipatok terhadap pencapaian di garis finish.
Sebab, kegiatan berkuda itu adalah suatu cara yang dilakukan oleh para pendahulu/leluhur Rote untuk menyatakan rasa syukurnya. Yang biasa diselenggarakan setelah membawa pulang hasil pertanian ke rumah. masing-masing.
Namanya adalah Hus. Dan bagi masyarakat Rote Ndao, dilangsungkan dalam suasana riang dan gembira. Dengan rentetannya, didahului dengan ritual adat untuk menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan, serta permohonan ijin kepada leluhur.
Selain Hus, ada juga atraksi lain yang melibatkan banyak kuda. Tetapi ini dilakukan dengan memacu adrenalin. Dengan beruji paling cepat untuk meraih juara. Dan lazim dikenal dengan pacuan kuda.
Tetapi untuk kedua atraksi tersebut baik Hus dan pacuan kuda, masih saja memiliki kesamaan. Begitu juga perbedaan, yaitu, sama-sama melibatkan kuda.
Tetapi Hus, lebih dilihat pada keunikan dan keindahan yang ditunjukan oleh penunggang terhadap kudanya. Berikut, alunan kaki yang melangkah indah, dalam arahan tali kekang dari atas pelanan seadanya. Di mana, si penunggang menuntun dengan cara menunggang dan berkeliling dalam arak-arakan.
Sedangkan pacuan kuda, adalah kesempatan beradu ketangkasan para penunggang. Selanjutnya, kecepatan mencapai finish paling cepat, demi juara terbaik yang ingin diraih.
“Hus ini baru kali ini diselenggarakan di sini. Sehingga jadi perdana di desa kami,” kata Kepala Desa Busalangga Barat, Mikael A. Lute, di sela-sela penyelenggaraan Hus, yang dipusatkan di wilayah Ombok, Senin (20/6) kepada ROTE MALOLE.
Walau baru pertama digelar, namun tingkat partisipasi diakui sangat banyak. Yang sebelumnya tidak diprediksi, baik peserta dan juga warga yang berantusias memadati arena, untuk sekedar menonton penyelenggaraan Hus.
Hal tersebut kemudian memacu keinginan untuk rutin diselenggarakan sebagai sebuah agenda tahunan. Dengan lokasi kegiatannya, diselenggarakan dan dipusatkan di Desa Busalangga Barat, Kecamatan Rote Barat Laut.
Bahwa, dari maksud rutin itulah, selain melestarikan nilai-nilai budaya, juga untuk menjaga populasi kuda. Di mana, ternak kuda sebelumnya terancam punah karena dijual demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Karena kami mulai di tanggal 20 Juni 2022, maka tahun depan (2023) juga diselenggarakan di tanggal yang sama. Dan ini yang kami rencanakan untuk rutin, biar pemilik Kuda tidak menjual ke luar pulau Rote,” kata Mikael
“Dengan adanya Hus, harga kuda juga semakin mahal. Untuk usia satu adik saja, sudah ada yang berani dengan harga 12 juta. Kalau kuda lain, ada yang mulai nego 30 juta. Bahkan ada satu kuda peserta Hus di sini yang mulai buka harga 60 juta,” tandasnya.
“Tetapi kami juga butuh dukungan dari pemerintah Kabupaten dan barharap kedepan bisa dibantu. Karena, ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh. Yaitu sektor pariwisata, peternakan yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi rakyat,” tandasnya lagi. (*/ROLLE/TIM)