BA’A, ROLLE.id—Partai Solidaritas Indonesia (PSI), memang dikenal sebagai partainya kawula muda.
Dengan paras yang menawan dari kaum perempuan di PSI, semuanya dianugerahi wajah cantik dari penciptaNya. Mereka manis-manis.
Seperti Calon Legislatif (Caleg) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Rote Ndao yang satu ini.
Namanya Apremoi Dudelusi Dethan. Yang dengan usianya kini 34 tahun, ia berkeputusan masuk dunia politik, melalui partai tersebut.
Dan sebagai srikandi PSI, wanita yang kerap disapa Lusy, ini, dicalonkan dari Daerah Pemilihan (Dapil) dua, dengan nomor urut satu.
Lusy, dicalonkan mewakili kaum perempuan yang tinggal di Kecamatan Rote Selatan, Rote Tengah, Pantai Baru, Rote Timur, dan Landu Leko.
Yang dalam perjuanganya ke daerah konstituen, Lusy, berusaha mengedukasi calon pemilihnya untuk tidak salah mencoblos, di hari pencoblosan, tanggal 14 Februari.
Sebab, dengan keputusan yang tepat sewaktu di dalam bilik suara, disebutnya punya pengaruh selama 5 tahun ke depan.
Sehingga itu diminta untuk dilakukan dengan benar, kepada sosok yang betul-betul dipercaya.
“Kalau papa-mama, kaka-adi, to’o-te’o, anggap beta (saya) bisa, silahkan coblos beta di nomor satu. Cari partai PSI, yang lambang bunga mawar,” kata Lusy, kepada ROTE MALOLE, Rabu (7/2).
“Beta trus (terus) sosialisasi itu saat turun ke masyarakat,” sambungnya.
Dia pun menghimbau, agar masyarakat tidak mudah percaya terhadap banyak janji yang bertabur manis di musim politik ini.
“Buat apa pakai janji yang kedengaran manis. Sementara masyarakat sudah menilai katong (kita) para Caleg selama ini,” ungkapnya.
Sedikit menelisik jejak perjuangan dalam merintis usaha bengkelnya, Lusy, mengaku ‘berdarah-darah’.
Jatuh, bangun, sudah tak diingat lagi berapa jumlahnya.
Tapi dengan perkembangan usahanya kini, ia mengaku sangat bersyukur.
Bahwa, dia bisa melakukan sesuatu yang berarti kepada orang lain, walau masih terlampau kecil.
“Pelan-pelan, dari jatuh dan bangun, kami rasa bahwa proses itu betul-betul membentuk kami,” kata Lusy.
“Karena dari bengkel kecil ini, setidaknya sudah ada orang yang dapat lapangan pekerjaan,” ungkapnya.
Lusy, seolah tak ingin menyebut jumlah karyawan yang ingin diketahui. Yang dengan menampiknya, sembari mengungkap kebiasaannya sewaktu masih punya bengkel Sasando yang kecil di pantai Baru, dekat pelabuhan ASDP.
Ternyata, begitu sederhananya kebiasaan yang masih dipegang hingga kini. Tapi itu dilakukan dengan konsisten setiap pagi bangun tidur.
Dia menyadari betul posisinya sebagai penyalur, bukan pemilik berkat.
“Kuncinya di ucap syukur, dan merasa cukup. Itu saja,” ungkapnya
“Karena katong harus sadar bahwa semua yang ada ini sifatnya titipan. Sewaktu-waktu bisa hilang kalau salah pakai,” sambungnya. (*/ROLLE/JIT)