Dari Kapitan Hingga Obor Patimura, Begini Prosesi Pengukuhan Iwasma Rote Ndao, Bupati Paulina Bakar Semangat Pela Gandong

SANGGAOEN, ROLLE.id–Markus Amus Dahoklory, atau lebih dikenal dengan Buce Dahoklory, resmi memimpin Ikatan Warga Masyarakat Maluku (Iwasma) Kabupaten Rote Ndao. Bersama kepengurusanya, telah dilantik dan dikukuhkan, pada Rabu (25/5) di Graha Narwastu.

Pelantikan dan pengukuhannya dilakukan oleh ketua umum Iwasma Provinsi Nusa Tenggara Timur, Elvianus Wairata. Dengan penyerahan pataka kepada Buce Dahoklory, sebagai simbol amanah yang diberikan oleh seluruh warga Maluku yang berada di Kabupaten Rote Ndao.

Di mana, bersama badan pengurusnya, Buce, dipercayakan untuk mengemban tanggung jawab sebagai ketua umum Iwasma Rote Ndao, pada periode kepemimpinan tahun 2022 hingga 2026.

Pada prosesi awal sebelum pengukuhanya, Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu, disambut begitu meriah. Atraksi, tarian dan juga ritual adat khas Maluku, dilakukan untuk menyambut kehadiran Bupati bersama rombonganya, sebagai tamu kehormatan.

Sapaan penyambutan, oleh seorang Kapitan muda, menyapa rombongan Bupati Paulina, sebelum memasuki gerbang Graha Narwastu. Setelah disampaikan maksud serta tujuan kedatanganya, Kapitan muda itu kemudian mempersilahkan rombongan tersebut untuk masuk dengan pengawalan kapitan-kapitan muda lainnya, sambil ber-Cakalele.

Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu (tengah) memberikan rasa hormatnya pada ritual adat Maluku, Rabu (25/5). Foto : Istimewa

Sebelum itu, terdengar tiupan Tahuri, berbunyi panjang sebanyak tiga kali. Kemudian terjadilah dialog singkat, antara Kapitan sebagai penjaga pintu dengan seseorang yang berada dalam rombongan Bupati.

“Horomate,” sapa Kapitan pemimpin barisan, kepada rombongan Bupati, yang bermakna salam penghormatanya. Terdengar, ada balasan dengan mengucap hal yang sama oleh seseorang, sehingga sang Kapitan kemudian menanyakan “Ama yale seiya,” (bapak ini siapa). “Yau upu matuane Iwasma Amano Propinsi NTT,” (Saya ketua Iwasma Propinsi NTT) jawab Elvianus Wairata.

“Upu tauya yamura,” (tuan datang keperluanya apa), tanya Kapitan. “Yau tawa e iya, kukuhkan matuane amano Rote Ndao,” (saya datang untuk mengukuhkan ketua Iwasma wilayah Rote Ndao),” balas Elvianus.

“Mae-mae upu, mae-mae ina, mae nusu upu matuane amano Rote Ndao,” (mari-mari tuan, mari-mari nyonya, ketua Iwasma Rote Ndao sudah menunggu) jawab Kapitan dengan mempersilahkan rombongan untuk masuk.

Dengan prosesi selanjutnya, dikalungkan tiga helai tenunan khas Maluku, sebagai wujud penghormatan. Masing-masing kepada Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu, Wakil Bupati, Stefanus M. Saek, kemudian Komandan Distrik Militer (Dandim) 1627/Rote Ndao, Letkol (Inf) Bayu Panji Bangsawan.

Suasana khusuk saat menyanyikan lagu Hena Masa Waya, Rabu (25/5). Foto : Istimewa

Suara tifa yang ditabuh, bergema menggaungkan semangat Patimura-patimura muda. Parang dan Salawaku, dibawa serta sebagai alat perang yang sangat diandalkan oleh Thomas Matulessy, atau Kapitan Patimura saat itu. Dan mereka menunjukan tarian perang Cakalele, dengan mengawal rombongan Bupati, hingga ke tempat pengukuhan.

Buce Dahoklory, yang sudah menanti di dalam ruangan, kemudian menyampaikan sebuah ungkapan adat. Sopi dan sirih pinang, disuguhkanya, sebagai ungkapan syukur atas kehadiran Bupati Paulina bersama rombongan.

Terlihat, Bupati Paulina, yang larut dalam ritual adat itu, menunjukan penghormatanya. Sebuah sirih dan pinang diambil sebagai balas hormat yang disambut secara adat Maluku.

Tak sampai di situ, tarian lenso, yang ditarikan oleh putri-putri Maluku, membuat Bupati Paulina, begitu menikmati. Yang kemudian dinyatakan bahwa, dalam keberagaman selalu memiliki keindahanya tersendiri.

Suasana selanjutnya kemudian menjadi lebih khusuk dan serasa merinding, disaat pembawa acara mengundang semua hadirin berdiri. Tangan kanan, oleh pembawa acara Naomi Henukh, diminta untuk diletakan di dada bagian kiri, kemudian sama-sama menyanyikan lagu ‘Hena Masa Waya’.

Seketika, berubah cair, setelah putri-putri Maluku, menarikan tari Lenso. Dan tari ini, diajarkan oleh Vivi de Fretes, untuk terus melestarikan budaya Maluku kepada generasi-generasi muda.

Pada proses selanjutnya, Bupati Paulina, mendapat kepercayaan dari seluruh masyarakat Maluku untuk menyalakan obor Patimura. Sebab, khusus untuk obor tersebut, hanya bisa dinyalakan oleh orang-orang tertentu, yang diyakini bisa memegang mandat yang diharapkan.

Bupati Rote Ndao, didampingi Markus Amus Dahoklory, pada prosesi pembakaran obor Patimura, Rabu (25/5). Foto : Istimewa

Dan Bupati Paulina, kemudian melakukanya, dengan didampingi Markus Amus Dahoklory, yang berpakaian lengkap khas Maluku. Begitu obor dinyalakan, tangan kananya diangkat tinggi, pertanda dirinya telah berhasil menyelesaikan dengan baik.

Tindakan tersebut memantik rasa kagum yang begitu luar biasa dari masyarakat Maluku. Gemuruh tepukan tangan sukacita memenuhi ruangan tersebut, hingga beberapa saat. Sehingga Bupati Paulina, kemudian mengungkapkan rasa bangganya kepada Iwaswa Rote Ndao, yang telah terbentuk.

“Tetap jadi penopang dalam lingkungan masyarakat seperti kuku, yang biar dipotong tapi terus tumbuh. Dan sebagaimana motonya, potong di kuku rasa di daging, maka apa yang Iwasma rasakan, itu juga yang kami rasakan,” kata Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu, Rabu (25/5) disambut teriakan ‘Mena’ yang berarti maju dengan riuh tepukan tangan. (*/ROTE MALOLE/TIM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.