BA’A, ROLLE.id–Dari dapur kecil di rumahnya, aroma kacang merebak, berpadu dengan hembusan angin laut yang membawa semangat hari baru, dari atas tungku batunya.
Setiap butir kacang yang ia rebus dan goreng, seolah menyimpan cerita tentang kerja keras, ketulusan, serta cinta yang tak lekang waktu.
Ia memang bukan pengusaha besar, bukan pula pedagang bermodal besar. Ia hanya seorang ayah yang percaya bahwa rezeki datang kepada mereka yang mau berusaha dengan hati yang tulus.
Setelah matahari naik, ia memulai perjalanan, menjajakan kacang tanah hasil kebunnya, dengan sepeda motor yang melaju pelan dari arah Loaholu ke Lobalain.
Di kompleks perkantoran, wajahnya sudah tak asing. Yang tiap pagi, pegawai yang baru datang menyapanya, “Om Nadus, beli kacang dua bungkus!”

Dan saat sore tiba, om Nadus, bergeser ke lapangan bola voli, tempat tawa, sorak, dan persahabatan berbaur dalam debu senja.
“Saya jual kacang sambil nonton bola voli, kaka. Lumayan, bisa untung seratus ribu sehari,” ucapnya sambil tersenyum, seolah tak pernah lelah meski matahari sudah tenggelam.
Bagi banyak orang, kacang tanah Om Nadus bukan sekadar camilan. Tapi bagian dari suasana, sebagai teman bicara saat menonton pertandingan, dan pengisi waktu di sela kerja, serta pengingat akan nikmatnya kerja keras yang jujur.
Rasanya begitu pas di lidah. Gurihnya tak berlebihan, tapi lembutnya betul-betul mengena rasa. Seperti pribadi Om Nadus, yang hangat, bersahaja, dan apa adanya.
Karena om Nadus tahu, keuntungan seratus ribu sehari mungkin tak membuatnya kaya. Tapi dari penghasilannya, ia bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Dan yang lebih penting, ia merasa bahagia karena bisa bekerja tanpa bergantung pada siapa pun.

Bahwa, setiap orang punya cara mencintai hidup. Yang bagi Om Nadus, caranya adalah menjual kacang tanah dengan cinta.
Cinta pada prosesnya, cinta pada orang-orang yang menunggu dagangannya. Tan cinta terhadap tanah yang dianugerahkan Tuhan yang melahirkan semangatnya.
“Yang penting, kalau kacang ini bisa bikin orang senang, itu sudah cukup,” katanya pelan.
Jikalau besok pagi masih melihatnya berjualan di depan kantor Bupati, atau di pinggir lapangan bola voli, sapalah dia. Belilah sebungkus kacang, dan rasakan sendiri gurihnya perjuangan om Nadus Lusi, dari Desa Oebela. (*/ROLLE/JIT)






