NAMODALE, ROLLE.id—Ada pesan kasih terucap dari bibir seorang wanita sederhana, di momen Natal dan Tahun Baru 2025. Tangguh menghadapi polemik ijasahnya, yang tenang tanpa hilang pengharapan.
Pasalnya, ia lahir dari keluarga sederhana, dengan tak memiliki nama besar orang tua untuk dibanggakan, apalagi diandalkan.
Yang karena sesuatu hal, pendidikan formalnya harus kandas di kelas 3 SMA Negeri 1 Pantai Baru, tahun 2005.
Tapi demi mimpinya yang tertunda, ia pun bangkit, gigih melanjutkan perjuangan di bangku pendidikan non formal. Ia tercatat sebagai warga belajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Oenggae Belajar.
Dengan serangkain proses dan tahapan yang ditempuhnya, wanita muda ini kemudian dinyatakan lulus, dan berhak menerima ijasah Paket C, tahun 2014.
Dan wanita tersebut adalah Apremoi Dudelusy Dethan. Srikandi PSI Rote Ndao, sekaligus politisi pendatang baru yang berhasil mencuri hati masyarakat dalam Pilkada Rote Ndao.
Apremoi, terpilih sebagai Wakil Bupati Rote Ndao, dengan pasangan Bupati terpilihnya adalah Paulus Henuk. Keduanya begitu populer dengan taglain ‘Meledak’, melayani dengan kasih.
“Kasih itu menutup segalanya,” singkat Apremoi, kepada ROTE MALOLE, Minggu (5/1)
“Sebagaimana taglain kami, karena kami belajar bahwa kasih adalah hukum terbesar, dan yang terutama,” sambungnya.
Oleh karenanya, kasih begitu penting dengan kekuatan yang tak terkalahkan. Sehingga diajarkan semua agama, dan secuil disampaikannya sebagai pesan Natal bersama keluarga Ita Esa di Kecamatan Rote Tengah, Sabtu (4/1).
“Yang berlalu, biarlah berlalu. Saatnya kita kembali rukun dalam aktifitas kita masing-masing,” ungkapnya.
“Sesuai thema Natal, yang mengajak kita ke Bhetlehem, yang meminta kita untuk menciptakan suasana yang damai di lingkungan tempat kita tinggal,” ungkapnya lagi
Terhadap gugatan ijasah, serta di Mahkamah Konstitusi (MK) soal kemenangan yang telah diukir bersama rakyat, tak sedikit pun kecemasan yang ditampilkan dari wajahnya.
Senyum optimisme malah dipancarkan sebagai karakter yang terlanjur dibentuk dari jejak pengalaman hidupnya.
“Menghargai adalah kemampuan memberi atau membuka ruang kepada orang lain untuk menggunakan haknya,” kata Apremoi.
“Dan dengan iman, kami terus melangkah dalam norma dan ketentuan. Bahwa proses ini pasti berujung baik,” yakinnya. (*/ROLLE/JIT)