BO’A, ROLLE.id–Seorang warga Desa Bo’a, Kecamatan Rote Barat, meregang nyawa disaat sedang beraktifitas di laut, Kamis (17/3). Dia ditemukan oleh tiga orang, setelah mendengar suara teriakan.
Sayangnya, saat ditemukan, Marsalina Pello, alias Mas (korban), sudah tak bernyawa. Tubuhnya terapung dengan banyak darah di sekitarnya.
Melihat kejadian itu, James Sina, Sepsi Mbatu, dan Trisno Hermanus Mone, kemudian mengangkat korban ke dalam sampan. Sesampainya di tepi pantai, kejadian naas itu diinformasikan kepada keluarga korban.
“Korban dijemput dan dibawa oleh keluarganya ke rumah setelah mendapat kabar duka itu,” kata Kapolres Rote Ndao, Kapolres Rote Ndao, AKBP I Nyoman Putra Sandita, melalui Kasi humas, Aiptu Anam Nurcahyo, kepada ROLLE.id, Jumat (18/3).
Berdasarkan hasil identifikasi, ditemukan luka di tubuh korban. Bukan luka sobek, tetapi seperti luka terbakar di lebih dari satu bagian tubuh. Sehingga kematian warga tersebut diduga disebabkan oleh kejadian alam.
“Saat ditemukan, korban sudah meninggal dunia dengan kondisi darah keluar dari telinga. Terdapat luka hangus pada bagian leher dan badan korban. Diduga akibat tersambar petir,” ungkapnya.
Kejadian tersebut, lanjut Anam, terjadi sekira pukul 15.30 wita. Di mana, pada 30 menit sebelumnya, yakni pukul 15.00 wita, korban bersama ketiga saksi, masing-masing James, Sepsi dan Trisno, pergi mengikat rumput laut di lokasi budidaya di Desa Oenggaut. Dan mereka pun melakukan sebagaimana biasanya.
Disaat bersamaan, turun hujan lebat disertai petir. Dan karena mendengar ada suara teriakan, James, kemudian meminta Sepsi dan Trisno, untuk memastikan suara tersebut.
“Saksi 2 (Sepsi) dan saksi 3 (Trisno) melihat korban sudah terapung di atas air dengan banyak darah,” kata Anam.
“Oky Lasarus Tau, suami korban bersama pihak keluarga iklas menerima kematian tersebut. Dan oleh keluarga, direncanakan untuk dimakamkan pada Sabtu (19/3),” sambungnya.
Berdasarkan dugaan kematian tersebut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangam Bencana Daerah (Kalak BPBD) Kabupaten Rote Ndao, Diksel Haning, mengungkap efek tersambar petir. Terhadap manusia, kata Diksel, bisa menyebabkan kematian.
Sebab, efek petir bisa menyebabkan gagal napas dan mendadak jantung berhenti berdetak akibat arus petir yang sangat kuat. Kekuatan tersebut dapat mengganggu arus normal pada sel jantung.
Ada pula cidera yang diakibatkan oleh sambaran petir. Dengan cidera umum adalah rusaknya gendang telinga. Pasalnya, ada gelombang kejut yang besar di sekitar area sambaran petir.
Dirinya kemudian menghimbau warga untuk lebih berhati-hati, saat beraktifitas di luar rumah. Apalagi saat dimana sedang turun hujan lebat, disertai petir. Diksel pun menyarankan untuk melakukan cara-cara yang benar untuk mengamankan diri dari bahaya petir.
“Jangan berada di tempat terbuka, seperti jalan raya dan lapangan, atau berteduh di bawah pohon. Tidak sedang berenang atau berada di atas permukaan air, dan sedang mengisi daya peralatan elektronik serta jika berada dekat dengan benda-benda yang berbahan logam, maka segera menjauh,” kata Diksel. (*/ROLLE/TIM)