SIOMEDA, ROLLE.id–Radio Swara Malole (RSM) belakangan ini jadi perbincangan warga Rote Ndao. Di setiap sudut desa, nama RSM selalu disebut, walau hanya di kelompok-kelompok kecil.
Menurut beberapa warga, RSM, memang bukan station radio baru di ujung Selatan Indonesia. Dengan kehadiranya semenjak 18 tahun silam, radio swasta ini merupakan kebanggan masyarakat Rote Ndao.
Pasalnya, dengan menggunakan nama Malole, radio ini terus menyiarkan kabar-kabar baik, yang sedari awal lebih condong kepada siaran rohani. Sehingga dari program inilah, mampu menarik simpati warga untuk mengikuti setiap program siaranya.
Tak hanya itu, setelah Rote Ndao, dinyatakan sebagai daerah otonom, RSM, merupakan satu-satunya saluran informasi elektronik saat itu. RSM, kemudian terus menyiarkan beragam informasi, begitu juga dengan membuka ruang percakapan/interaktif melalui gelombang radio yang dimilikinya.
“Sebagai orang Rote, pasti bangga punya radio, apalagi pakai nama yang ada ciri Rote. Dan itu, Radio Swara Malole, sudah buat untuk Rote Ndao. Karena Malole bagi orang Rote berarti baik,” kata Sekretaris Desa (Sekdes) Siomeda, Kecamatan Rote Tengah, Elia Pello, kepada ROTE MALOLE, Kamis (2/6) melalui saluran komunikasi WhatsApp.
Program-program siaran yang sering diikuti kebanyakan di siang hari. Yang disebutnya program Relax Time, yang kini bergeser waktu siaran ke sore hari, yang sebelumnya mulai pukul 11.00 hingga 12.00 wita.
Namun demikian, walau digeser karena kebijakan managemen, Elia, mengaku, bisa lebih santai lagi dalam mengikuti program tersebut. Yang diakuinya, menemani waktu santai di sore hari.
“Duduk santai-santai sambil dengar radio pasti lebih enak. Apalagi sampai terhubung untuk menyapa teman-teman dalam program Relax Time, pasti seru. Karena teman-teman langsung dengar, dan mereka juga berusaha melakukan hal yang sama,” ungkapnya.
Menurutnya, untuk terhubung dalam program tersebut, harus dilakukan secara berulang-ulang. Sebab, ada begitu banyak orang yang melakukan hal serupa, sehingga butuh kesabaran.
“Kalau belum terhubung, kami terus coba dan coba lagi, dan berharap bisa masuk/terhubung. Kadang sudah terhubung atau sementara interaksi, terputus karena gangguan jaringan, tapi esoknya kami coba lagi,” kata Elia.
“Kalau inga-inga waktu itu memang seru juga. Walau dengan kondisi yang masih sangat terbatas, tetapi RSM sudah ajarkan banyak hal kepada kami. Salah satunya adalah menyampaikan informasi kepada orang lain, biar hanya sebatas kabar. Sehingga kami juga punya kerinduan, RSM, harus mampu bertahan dengan ciri yang sudah dimiliki selama ini,” sambungnya.
Selain Elia, Kepala Seksie Pemerintahan (Kasie Pem) Desa Siomeda, Helsi O. Dethan, juga mengungkap hal yang sama. Bahwa, hingga saat ini, masih diingat betul program Request Line.
Progran tersebut menurutnya, selain menemani waktu senggang, juga mampu menghiburnya. Karena memang waktu itu, RSM, merupakan satu-satunya sarana informasi elektronik yang di Kabupaten Rote Ndao.
“Sangat terhibur dengan program-program hiburan. Apalagi Musik Sore (Musor) yang lanjut dengan Request Line. Karena dulu hanya ada Radio Swara Malole, jadi kami selalu pantau. Biasanya ada juga informasi-informasi keluarga yang disampaikan melalui RSM,” kata Helsi O. Dethan.
Tak hanya itu, salah satu rekan perangkat desa lainnya juga tak bisa menutup kerinduan serta harapannya terhadap Radio Swara Malole. Bahwa, waktu on air RSM, diharapkan dimulai pada pagi hari.
Dengan program siaran berita dan juga program hiburan, diakuinya sebagai sahabat yang semakin memperkaya wawasannya. Semuanya itu diakui bahwa dengan rutinitas kesehariannya, ditemani siaran RSM.
“Bisa dibilang RSM adalah teman. Karena dengar sambil beraktifitas. Apalagi di pagi hari dengar berita baru yang diselingi lagu sangat terhibur. Bisa dibilang kalau RSM, jadi penyemangat melalui program siaran yang dimiliki,” kata Kepala Urusan Keuangan (Kaur Keuangan) Desa Siomeda, Viprianus Ma’uk. (*/ROLLE/TIM)