BA’ADALE, ROLLE.id—Banyak keluhan mulai bermunculan, menyusul pergantian kepemimpinan di Kabupaten Rote Ndao.
Keluhan-keluhan ini baru bisa diungkap, lantaran sebelumnya terasa sulit disampaikan. Atau sebaliknya, rasa-rasanya bak angin lalu yang pergi begitu saja.
Mulai dari infrastruktur, yang didominasi akses jalan, dan ketersediaan air bersih. Begitu juga, potensi wisata, dan kelautan perikanan, satu per satu mulai diangkat ke permukaan.
Sebagaimana dikeluhkan oleh Piter Manoe, salah seorang warga yang tinggal di Desa Ba’adale Kecamatan Lobalain.
Karena empatinya terhadap potensi wisata pantai yang dianugerahkan di tempat tinggalnya itu, mendorongnya bersuara minta perhatian pemerintah.
Permintaannya sangat sederhana. Yakni difokuskan terhadap pengelolaan destinasi wisata pantai Tiang Bendera.
Pasalnya, ada sarana yang telah dibangun menggunakan anggaran yang tak sedikit. Hanya, kondisinya seolah terabaikan dan tak terurus. Akibatnya, tak memantik pertumbuhan ekonomi warga sekitar, karena belum terlalu ramai dikunjungi.
Atas hal itu, secarik surat pun pernah dilayangkan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) sebagai pemilik asset. Ada harapan agar pengelolaanya dilakukan secara bersama-sama atas dasar Memorandum of Understanding (MoU).
“Sekurang-kurangnya buat MoU, bagi hasil. Kan bisa ada PADesa,” kata Piter Manoe, dalam chat WhatsApp, kepada ROTE MALOLE, Minggu (4/8).
“Tapi sampai hari ini, asset tersebut masih tetap dikelola dinas pariwisata, mungkin karena masih dikaji,” sambungnya.
Keluhan tersebut secara langsung disampaikan kepada Paulus Henuk, dalam kegiatan sosialisasi Bakal Calon Bupati di desanya, Kamis (1/8). Yang tak hanya berdampak PADesa, disebutnya bisa merekrut sejumlah orang sebagai tenaga kerja.
“Jika dikelola oleh desa, selain ada PADesa, banyak tenaga kerja direkrut guna mengurangi pengangguran,” ungkapnya, dengan menyebut pengelola destinasi tersebut.
“Aset tiang bendera lokusnya berada di desa Ba’adale. Tapi selama ini yang kelola adalah dinas pariwisata. Pemdes pernah bersurat secara resmi agar pengelolaan Tiang Bendera dialihkan, atau sekurang-kurangnya buat MoU bagi hasil,” kata Piter.
Selain Piter, keluhan lain juga disuarakan oleh Agus Martinus Tulle. Agus, mengeluh karena merasa masih minim perhatian pemerintah terhadap kebutuhan para nelayan, lebih khusus di desanya.
Agus berharap, aktifitas kelautan dan perikanan yang banyak dilakoni masyarakat pesisir bisa mendapat dukungan memadai.
Dengan dukungan yang dimaksudnya adalah ketersediaan alat tangkap. Begitu juga sarana penunjang kelautan lainnya yang dibutuhkan nelayan.
“Aspirasi ini menjadi spirit utama kami untuk membangun Rote Ndao dalam semangat Ita Esa. Semuanya sudah terkover dalam sembilan agenda perubahan yang kelak kita lakukan secara bersama-sama,” jawab Paulus Henuk, dalam kapasitasnya sebagai kandidat Bacabup paket Ita Esa.
“Untuk pariwisata, kita prioritaskan pengembangannya sebagai motor transisi ekonomi, dan beorientasi pada peningkatan kunjungan wisatawan. Dan ke depan, Tiang Bendera jadi tour laut,” jelas Paulus.
“Begitu juga untuk nelayan, kita siapkan dukungan alat tangkap yang memadai, serta peralatan lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk melaut. Sektor-sektor lainnya juga digerakan demi mewujudkan kesejahteraan yang sama-sama kita impikan untuk Rote Ndao tercinta ini. (*/ROLLE/JIT)