Ruas Jalan Keoen Tempat Kerbau Berkubang Kandas di Musrenbang, Penjabat Bupati Rote Ndao Bisa Bersolusi?

KEOEN, ROLLE.id–Tak disangka, ruas jalan penghubung Kecamatan Rote Timur, dan Landu Leko, telah larut dengan kondisinya yang memprihatinkan.

Bertahun-tahun pelintas jalur yang terletak di Desa Keoen Kecamatan Pantai Baru ini hanya bisa mengelus dada.

Dan karena terbiasa dengan kondisi jalan yang terlanjur rusak, jalur tersebut pernah dijuluki sebagai ‘Pukuafunya’ Keoen. Sebab, rusaknya mengakibatkan efek gelombang yang memacu adrenalin saat berkendara di jalan tersebut.

Di mana, material aspal yang dulu begitu gagah untuk dilintasi kendaraan bermotor, kini menyisahkan bagian-bagian tak utuh hampir di sebagian besar badan jalan.

Banyak lubang terlihat menganga, dan sangat mengganggu pengguna jalan. Sekaligus bisa mengancam keselamatan pengendara, jika baru pertama kali melintasinya.

Sebagaimana terlihat dalam sebuah hasil tangkapan foto yang diperoleh ROTE MALOLE, menampilkan kondisi kerusakannya yang saat itu tergenang air hujan. 

Dengan sepenggal caption yang disertakan dalam fotonya, terbaca begitu menggelitik hati. Yakni bertuliskan ‘15 Tahun’, dengan memperlihatkan dua ekor Kerbau begitu menikmati suasana berkubang persis di bagian jalan yang rusak.

Di bagian yang terjepret kamera, terlihat jelas kerusakannya bisa membendung, dan membentuk genangan air.

Dan karena genangannya cukup dalam, membuat hewan berkulit tebal itu merasa nyaman menghabiskan waktunya untuk berkubang di badan jalan yang rusak.

Kondisi itu menyuguhkan pemandangan yang unik, dampak kerusakannya. Yang kemudian tak ditampik Penjabat Kepala Desa Keoen, Abraham Tully, terhadap keluhan yang sering disuarakan oleh masyarakat.

Bahwa, keluhan atas kondisi itu telah disampaikan lebih dari sekali dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat kecamatan. Sayangnya, keluhan untuk bisa diperbaiki selalu kandas soal kemampuan biaya daerah.

Yang dalam sepengetahuannya, ruas jalan Keoen, mulai dikerjakan sekitar tahun 2008. Setelah itu, rusaknya kian memprihatinkan, karena tak pernah disentuh tindakan perbaikan.

“Lapennya su (sudah) lama, yang dikerjakan sekitar tahun 2008,” jelas Abraham, saat dikonfirmasi ROTE MALOLE, Minggu (28/7).

“Kalau kerusakannya sekitar tahun 2010-2011. Tapi lebih parah sekarang, dan masyarakat mengeluh itu. Pokoknya tiap tahun usul trus tapi belum terjawab,” sambungnya menjelaskan.

“Karena tambah parah, maka mulai tahun 2020, 2021, sampai 2022, diusulkan trus dalam Musrenbang kecamatan, tapi sonde (tidak) lolos. Beta (saya) su lapor juga ke bapak Pj (Penjabat) Bupati,” tambahnya. (*/ROLLE/JIT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.