SAKUBATUN, ROLLE.id.–Tiga Ddari 112 desa di Kabupaten Rote Ndao, dipilih untuk didampingi Yayasan Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam (Yapeka). Masing-masing adalah Desa Fuafuni, Sakubatun di Kecamatan Rote Barat Daya dan Holulai di Kecamatan Loaholu.
Dalam pendampinganya, Yapeka, gencar mengkampanyekan perubahan iklim. Beserta dampaknya, lembaga yang tergabung dalam koalisi adaptasi ini juga mengedukasi warga di setiap desa binaan.
Selama 5 tahun, pendampinganya terus dilakukan. Ini juga sebagai spirit untuk membangkitkan perekonomian warga. Yang dilakukan dengan menfokuskan pada pemberdayaan masyarakat sesuai potensi dan kearifan lokal.
“Yapeka ada selama 5 tahun. Dan kami memulai di tiga desa, sebagai contoh,” kata Naomi Henukh, salah satu pendamping Yapeka di Kabupaten Rote Ndao, Minggu (20/3).
“Satu desa di Kecamatan Loaholu, yaitu Desa Holulai dan dua di Kecamatan Rote Barat Daya. Sakubatun dan Fuafuni,” sambungnya.
Di tiga desa binaan itu, lanjutnya, telah didatangi untuk memperoleh informasi secara langsung dari masyarakat. Bahkan satu diantaranya, telah dibantu sejumlah sarana penunjang, untuk mendukung aktifitas produksi.
Yakni, tepatnya di Dusun Nusamanuk, Desa Fuafuni. Sebanyak 27 Kepala Keluarga (KK) telah dilatih tentang teknik budidaya rumput laut. Tak hanya dilatih, mereka juga disarankan untuk tidak menggunakan bahan material yang merusak kelestarian lingkungan.
Sejumlah bantuan pun diberikan. Selain bibit dan tali untuk rumput laut, Yapeka, juga bantu warga dusun tersebut dengan membangun rumah produksi.
Terhadap bantuan yang diberikan, Kepala Desa Fuafuni, Nithanel Pandie, menyampaikan terima kasihnya. Di mana kehadiran Yapeka, sekaligus membantu dan mengatasi kesulitan serta menampung keluhan warganya untuk ditindak-lanjuti.
“Kendala yang dihadapi masyarakat kami, sudah informasikan kepada pihak Yapeka dalam diskusi tadi. Untuk nelayan, kami butuh perahu berukuran 1 sampai 2 GT. Sedangkan petani, kami minta pompa air,” kata Kepala Desa Fuafuni, Nithanel Pandie, usai mengikuti Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Yapeka, di SD Inpres Batutua.
Kebutuhan tersebut, menurutnya sudah diupayakan melalui Dana Desa (DD) yang dimiliki. Hanya saja, terbentur dengan kegiatan prioritas yang sudah ditetapkan dalam petunjuk penggunaanya.
“Dana Desa juga terbatas karena harus dialokasikan untuk kebutuhan lainnya. Sehingga tidak bisa semua kebutuhan didanai,” ungkapnya.
Dirinya kemudian optimistis terhadap perhatian Yapeka. Hal tersebut didasarkan pada dukungan yang sebulmnya sudah diberikan kepada masyarakatnya di Nusamanuk.
Sementara itu, Kepala Desa Sakubatun Jermias Mbori, juga menyampaikan kesulitanya. Selain untuk petani dan nelayan, ternyata ada dua wilayah dusun yang kesulitan mengakses air bersih.
Kedua wilayah dusun yang disebutkan adalah dusun Lutukok dan dusun Nggauk. Di mana untuk kedua dusun ini terdapat lebih dari 100 Kepala Keluarga (KK).
Dikatakan, hanya terdapat satu sumber mata air (sumur) yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Dengan kondisi air yang kerap kering di musim kemarau, sumur tersebut juga digunakan oleh beberapa dusun tetangga. Sehingga warga terpaksa membeli air tangki.
“Air sumurnya tidak bertahan lama. Jadi kalau kering, masyarakat kami terpaksa beli air tangki. Ini kesulitan kami di Sakubatun. Kami juga terbatas untuk pertanian dan perikanan,” kata Kepala Desa Sakubatun, Jermias Mbori. (*/ROLLE/TIM)