Gelar FGD di Cafe 777, Hal Ini Yang Akan Dibuat Koalisi Adaptasi

METINA, ROLLE.id–Perubahan iklim menjadi perbincangan serius akhir-akhir ini. Baik pemerintah, LSM dan pemerhati lingkungan, sama-sama menaruh perhatian untuk masalah yang satu ini. Sama halnya di Kabupaten Rote Ndao

Perubahan iklim yang berdampak pada semua lini kehidupan bermasyarakat ini, diatensi sebagai sebuah ancaman serius. Baik masyarakat yang berprofesi sebagai, petani, nelayan.

Menyikapi hal tersebut, koalisi Adaptasi Rote Ndao, menggelar Focus Group Discussion (FGD). Dengan fokus pembahasanya adalah pada dampak dan penanggulangan perubahan iklim.

Sejumlah pekerja media dilibatkan. Mulai dari media cetak dan juga media elektronik. Mereka betul-betuk konsen untuk terus menyuarakan hal tersebut, sesuai dengan kapasitas yang dimiliki, yakni melalui media massa. Tujuanya, adalah mengedukasi warga.

Sejumlah awak media yang terlibat dalam FGD tersebut adalah, dimulai dari wartawan senior, Franky Johannis, dari media Victory News, Isak Doris Faot, Metrotimor.id, dan Marnix Saleky, harian Timor Express. Begitu juga dari RRI, Rote Ndao, Ian Aplugi dan Ricky Ndolu dari RoteOnline.id. Pembahasanya mengerucut pada optimalisasi forum kebencanaan di Kabupaten Rote Ndao.

“Di Sumba Timur, ada forum yang namanya PRB, yang sangat aktif dengan kondisi cuaca apapun. Keanggotaanya, ada pak Dandim, Kapolres dan pejabat pemerintah pada instansi terkait. Kita di Rote juga ada, tapi tidak berjalan,” kata Frangky Johannis, wartawan Viktori News, dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD), yang diselenggarakan oleh Yapeka, di cafe 777, Minggu (2/1) lalu.

Terhadap forum tersebut, dirinya kemudian menegaskan bahwa kehadiran forum, sebagaimana yang disebutkan adalah untuk mengurangi resiko akibat bencana. Sebab, mitigasi pertanian serta perikanan, menurutnya, sudah cukup dipahami oleh masyarakat Rote Ndao. Yang kemudian, dirinya lebih menghendaki untuk diaktifkan forum kebencanaan yang sudah pernah dibentuk namun belum dimaksimalkan.

“Forum-forum pengurangan resiko bencana, harus diaktifkan. Biar ada komunikasi. Contoh kecil, misalnya memberi peringatan dini dan tindak-lanjut. Dari tindakan ini bisa langsung mengedukasi masyarakat untuk sadar bencana,” tegasnya.

“Selama ini malah masyarakat yang rebut, begitu tertimpa musibah atau bencana alam. Pemerintah lagi yang disalahkan. Pertanyaanya, apakah bencana dikirim atau dibuat oleh pemerintah? Kan tidak demikian. Ini terjadi karena masih kesadaran masyarakat terhadap hal tersebut masih sangat kurang. Di sinilah yang kita harus jeli, sekaligus jadi perhatian untuk kedepanya,” sambungnya.

Dari usulan tersebut, FGD yang diselenggarakan oleh Yapeka ini, kemudian menyepakatinya. Mereka berkomitmen untuk terus mengkampanyekan secara masif. Baik secara tatap muka, juga melalui publikasi media massa.

“Kita harus gencar dari sekarang. Teman-teman jurnalis bisa mengambil peran dalam pemberitaan. Sedangkan dalam lainnya juga akan disosialisasikan secara langsung kepada masyarakat,” kata Naomi Henukh.

Sedangkan tentang pengaktifan forum kebencanaan, Andrew Penna, menyatakan dukunganya. Yang disebutnya, Yapeka, bisa memfasilitasi untuk dilakukan pengukuhanya.

“Beta (saya) setuju. Karena di Rote Ndao, sudah ada forumnya, tetapi mungkin saja belum dikukuhkan. Kami, koalisi adaptasi bisa fasilitasi,” kata Andrew. (*ROLLE/Jes)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.