Lanjut Cerita Bastian Nggadas, Pelaku Berkata Jujur hingga Mohon Maaf, Hatinya Tersentuh (Part 2)

OENITAS, ROLLE.id— Bastian Nggadas, mengaku salah memahami sinyal yang disampaikan hewan piaraannya itu.

Andainya saja ia keluar pagar dan mengecek di palik pepohonan, mungkin saja kawanan pencuri itu tak membawa pergi Kudanya.

Bahwa, gonggongan anjingnya bermaksud menyampaikan adanya ancaman di depan matanya. Dia malah mengabaikan, dan berusaha menenangkan dengan memberi makan.

Dalam ceritanya, Bastian, baru menyadari maksud gonggongan anjingnya waktu itu. Sebab, dengan insting, dan juga penciuman yang tajam, anjing lebih cepat mendeteksi.

Bahwa, sebelum mendapat informasi tentang keberadaan Kudanya, hampir seharian dia mencari, mulai Minggu (21/1) hingga Senin (22/1).

Dari desanya Oenitas, filingnya hanya di Lidor.

Sebab, kudanya sudah sering ke sana, bergabung dengan Kuda-kuda lain. Sehingga tak terpikirkan kalau dicuri orang.

Sewaktu sedang mencari, di hari Minggu, dirinya mendapat telepon dari anaknya. Bastian, diminta untuk segera pulang, setelah ditemukan ada bekas kandang yang dibongkar orang tak dikenal.

Tapi yakinya masih tetap sama. Ternaknya itu hanya sedang berkeliaran di luar, bukan dicuri.

“Hari Minggu (21/1) pagi-pagi, beta (saya) jalan ke Dengka. Karena pernah beta pung (punya) Kuda ju (juga) biasa bermain sampai di situ, itu di Lidor,” kata Bastian Nggadas, kepada ROTE MALOLE, melalui panggilan seluler, Kamis (25/1).

“Beta pung anak telepon suruh pulang. Dia bilang kandang ada bekas tabongkar, jadi Kuda sonde keluar, tapi dicuri,” ungkapnya.

“Trus (terus) beta pulang. Karena beta sonde pi gereja, jadi keluar gereja baru beta lanjut cari,” ungkapnya lagi.

Dengan masih tak begitu percaya Kudanya dicuri orang, Bastian, kemudian melanjutkan pencariannya, di tempat yang sama, yaitu di Desa Lidor.

Dia menanyakan sambil menyampaikan ciri-ciri agar mudah dikenali.

Yakni, warna kulit, juga potongngan telinga, sebagai identitas kepemilikanya. Juga tali, dan sepotong selang dipakaikan di bagian mulut Kuda.

“Waktu, sampai di Lidor, dong tanya ciri-ciri Kuda, beta kastau semua, dan dong bilang sama. Hanya dong bilang ini kuda betina bukan jantan,” kisah Bastian.

“Beta bilang, oh kalau begitu berarti bukan beta punya,” sambungnya.

Ternyata itu hanya sekedar kamuflase yang dibangun informanya, agar tidak dicurigai oleh Daniel Henukh, yang saat itu, bersama Bastian, mencari kudanya.

Sebab, Daniel, merupakan ayah dari salah satu terduga pelaku.

Karena situasinya yang tak memungkinkan itu, Bastian, kemudian diminta balik ke rumahnya, dan dijanjikan akan diberitahu secara detail oleh informannya.

Melalui saluran telepon, Bastian, kemudian diberitahu, sebagaimana yang dijanjikan sebelumnya.

Jalur itu dianggap aman, mengingat informanya itu juga tinggal bersama para terduga pelaku di Lidor.

Sehingga kamuflase yang diciptakan sebelumnya, semata-mata untuk menjaga hubungan baik dalam tali kekeluargaan.

Bastian, pun akhirnya memahami situasi itu. Dia juga tak memaksakan kehendakanya untuk sama-sama melihat kuda dimaksudkan.

“Ternyata, dong perasaan deng (dengan) bapa Henukh, karena anaknya juga adalah salah satu pelaku. Makanya, dong sengaja bilang kuda betina, padahal itu jantan, yang beta ada cari,” ungkapnya.

“Tapi waktu ditangkap, baru ketahuan semua. Kalau pelaku dong ada lia-lia beta keluar pas anjing gonggong. Dong ada di sekitar situ, tapi beta yang sonde tahu,” kata Bastian.

“Yang marga Bala, (Thobias Bala) itu bilang, waktu beta senter-senter itu, dong ada lia (lihat). Dia jujur sampai minta ampun,” kata Bastian,

“Beta bilang sonde apa-apa, yang penting su jujur. Biar ini jadi pembejaran, lain kali jangan lai (lagi),” ungkapnya. (*/ROLLE/JIT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.