BA’A, ROLLE.id–Jane Natalia Suryanto, adalah nama lengkapnya, yang lebih akrab dipanggil sist Jane. Dia adalah salah satu perempuan yang sukses memiliki usaha di bidang distributor.
Sebut saja, perusahaan bernama PT. Dutamasindo Labora Jaya, adalah miliknya. Perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan terbesar dan masih beroperasi di Jakarta.
Sist Jane, dilahirkan pada 40 tahun lalu. Tepatnya di Karawang, 30 Desember 1982. Yang kini telah menyudahi dua jenjang pendidikan di luar negeri.
Pertama, Strata satu (S-1) Administrasi Bisnis dan Akuntansi di Amerika (Rhe Ohio State University, Columbus, Ohio USA). Berikut, S-2, Administrasi Bisnis, Konsentrasi ada Keuangan, Akuntansi dan Bisnis Global, yang juga ditempuh di Amerika (Rice University, Houston, Texas, USA).
Namun, siapa tahu, jauh membangun dan memimpin perusahaannya, sist Jane, sudah memiliki segudang pengalaman. Hal tersebut diperolehnya dengan bekerja di beberapa perusahaan besar di negara adidaya itu.
Dengan bidang tugas yang digelutinya adalah membantu perusahaan tempatnya bekerja dalam mengelola keuangannya. Alhasil, berkat kepandaian yang diakui merupakan anugerah, omset hingga triliun rupiah diperoleh dan perusahaannya mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Dari karir yang dirintis di luar negeri, dirinya memutuskan kembali untuk negeri tercinta, Indonesia. Yang kemudian, dari kemajuan-kemajuan yang mulai diraih melalui perusahaannya sendiri, sist Jane, dikenal banyak orang.
Semenjak tahun 2015 lalu, sist Jane, mendapat posisi tersendiri di hati masyarakat Kabupaten Sumba Timur. Dengan spontan, tak sedikit anak-anak dari daerah tersebut menyebutnya sebagai ibu angkat bagi pencari ilmu/mahasiswa dan mahasiswi. Sebab, sudah banyak tangannya terulur untuk membantu biaya perkuliahan.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpum ROTE MALOLE, berderet sejumlah aksi yang dibuatnya menyentuh hati. Nyata dilakukan atas dasar kepedulian berlandaskan nilai-nilai luhur kemanusiaanya.
Dan benar saja, namanya mulai dikenal luas oleh masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Menembus sekat-sekat perbedaan dan menerobis hingga ke pelosok daerah. Bertemu, berbincang, kemudian bersolusi. Sist Jane, akhirnya dikenal banyak orang sebagai sosok yang derwawan.
Diantaranya adalah, berperan aktif dalam pemulihan keadaan pasca badai Siklon tropis Seroja. Masyarakat Sumba, saat itu merasakan betul kehadirannya yang nyata.
Sehabis itu, aksi kemanusiaannya masih terus dilakukan. Dimana, ketika terkendala vaksinasi yang dibutuhkan warga untuk membentengi diri dari serangan Covid-19, dirinya malah mendrop sebanyak 7.000 dosis ke NTT.
Rinciannya, terbanyak di Kabupaten Malaka, yakni sebanyak 5.000 dosis. Kemudian, masing-masing 1.000 dosis untuk kabupaten Kupang dan Sumba Tengah.
Masih di Sumba, Sist Jane, membantu perahu penyeberangan sungai untuk anak-anak sekolahan. Dua desa dibantu untuk membangun bak penampungan air, tepatnya di Sumba Barat, yang dilengkapi dengan pompa air.
Di beberapa daerah lainnya, yakni Kabupaten Sabu Raijua, tangannya terulur untuk menjangkau sejumlah warga dengan Sembakonya. Sedangkan di Kota Kupang, di daerah Nunleu, dirinya sudah membangun jembatan, serta menyumbang satu unit mobil ambulans.
Selanjutnya sejumlah petani di Kabupaten Kupang dilengkapi alat semprot hama. Dan masih banyak lagi, sayangnya dirinya kemudian tak secara blak-blakan menyebutnya satu per satu.
Sebab, sist Jane, memang tak menghendaki agar budi baik itu dihitung untuk kepentingan tertentu. Yang menurutnya setiap orang wajib menjadi saluran berkat. Yang disebutnya berkat hanyalah sebagai titip dan harus disalurkan.
“Kita diberkati untuk memberkati. Karena setiap kita harus bisa menjadi saluran berkat kepada sesamanya. Apapun itu, hanya sebuah titipan. Dan Rote Ndao, kali ini saya baru keliling. Dan puji Tuhan, hari ini, Selasa (26/7) saya betul-betul jadi anak Tuhan dengan mengelilingi rumah-rumah Tuhan/gereja,” kata ketua dewan pembina DPW PSI Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jane Natalia Suryanto, yang akrab disapa sist Jane, kepada ROTE MALOLE, Selasa (26/7).
“Banyak hal yang akhirnya saya dapatkan. Bertemu, bercerita dan bisa tau apa yang sedang dirasa kurang atau sama sekali belum ada. Kami bercanda serasa saudara, dan memang kita adalah saudara sebagai masyarakat Indonesia,” ungkapnya.
“Kebetulan di NTT ini saya sudah keliling, dan Rote Ndao, baru kali ini. Saya sudah lihat kondisi masyarakat yang juga sebagai jemaat gereja. Dengan keterbatasan yang dimiliki, ada begitu begitu banyak kebutuhan terhadap proses pembangunan gereja yang sementara dilakukan. Kalau bisa dibantu kenapa tidak?,” ungkapnya lagi. (*/ROLLE/TIM)