Langkah Petrus Pelle Pasca Lentera Kalah Telak, Akademisi Bilang Terlalu Cepat Disaat Luka Masih Berdarah-darah

BA’A, ROLLE.id–Muncul beragam spekulasi dengan beredarnya beberapa hasil tangkapan foto memperlihatkan ‘kemesraan’ Paulus Henuk, dengan Petrus Johanis Pelle, Minggu (1/12).

Publik Rote Ndao rasa-rasanya tak percaya akan kebesaran hati seorang Paulus, yang terkenal ‘garang’ tanpa ampun, seketika luluh berlinang air mata.

Di mana, ‘perang’ terbuka baru saja berlalu, dengan menyisahkan luka yang sulit sembuh dalam tempo yang singkat. Karena kedua sosok itu tampil blak-blakan  mempertegas kebenaran di posisi masing-masing.

Bahwa, Petrus, yang dulunya berteman dekat dengan Paulus, tampil membela Paulina Bullu, dan Sandro Fanggidae, sebagai ketua tim pemenangan paket Lentera.

Sementara Paulus, harus mampu berdiri di kakinya sendiri dan ‘menangkis’ serangan yang datang bertubi-tubi dari barisan teman lamanya itu.

Hasilnya, Petrus, bersama tim pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati yang dipimpinnya harus puas mengoleksi angka kekalahan.

Sebab, perolehan suara Lentera untuk bisa menang lagi demi melanjutkan ke periode empatnya, sangat mustahil dengan selisih angka terpaut sangat jauh. Ditambah perolehan suara Lontar Malole pun, sangat mustahil untuk mengejar Ita Esa.

Sehingga dari kemenangan Ita Esa yang mengoleksi lebih dari 50 persen suara sah, kembali mempertemukan dua teman lama dalam suasana yang berbeda. Paulus, dan Petrus, bertemu dalam sebuah ibadah Natal.

Dari situlah spekulasi pun tak terhalang, mewarnai peristiwa itu dan menyita perhatian publik.

Sementara Paulus Henuk-Apremoi Dudelusy Dethan, tetap mempersiapkan diri untuk dilantik, dan diambil sumpahnya sebagai Bupati, dan Wakil Bupati Rote Ndao, periode 2024-2029.

“Boleh-boleh saja, tapi perlu menjaga batas yang terlanjur dibangun melalui keputusan masing-masing,” kata rektor Universitas Nusa Lontar, Daniel Babu, kepada ROTE MALOLE, Senin (2/12).

Menurutnya, pertemuan tersebut membawa dampak tersendiri dalam dinamika politik dengan tersisa separuh proses menuju pelantikan. 

Dengan dampak positifnya adalah penguatan skema politik, yang melahirkan dinamika baru dengan berbagi pengalaman kepemimpinan dalam semangat transformasi.

“Tapi, harus siap menerima konflik Internal. Karena ini mempertemukan perbedaan setelah bertarung habis-habisan,” jelas Daniel.

“Ditambah persepsi publik, yang bisa saja melihat langkah pak Eta (Petrus) sebagai langkah oportunistik,” ungkapnya.

“Karena hingga saat ini, kubu Lentera belum menyampaikan ucapan selamat atas kemenangan Ita Esa,” sambungnya.

“Dan saya kira langkah ini terlalu cepat, dengan tidak mengkaji psikologi pendukung, dan simpatisan dalam situasi eforia yang bangga menang dengan luka perjuangan yang masih berdarah-darah,” tambahnya. (*/ROLLE/JIT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.