BA’A, ROLLE.id—Sejumlah masyarakat yang terlibat dalam pekerjaan peningkatan ruas jalan lingkar Pulau Ndao (Rabat Beton), berinisiatif membawa persoalannya ke ranah hukum.
Pasalnya, mereka merasa dikibuli (ditipu/dibohongi) setelah berkali-kali menagih pembayaran upah pekerja, bahan material, dan jasa angkut material, yang tertunggak pada proyek tahun 2024 itu.
Di mana, persoalan tersebut sesuai informasi yang dihimpun ROLLE.id (ROTE MALOLE) sempat dilaporkan ke pihak kepolisian melalui Pos Polisi (PosPol) setempat.
Karena belum mendapatkan hasil yang memuaskan, para korban tetap ‘ngotot’ menuntut haknya, dengan melayangkan surat pengaduan ke dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Kabupaten Rote Ndao, Kamis (12/6).
Dengan terlapor adalah Renhard Nunuhitu, alias Eng Nunuhitu, sebagai kontraktor pelaksana kegiatan, dengan perusahaannya CV TAGXELL.
Salinan surat yang diperoleh ROLLE.id, tembusannya ditujukan kepada Bupati, Ketua DPRD, dan Kapolres Rote Ndao, dengan merinci tiga jenis tunggakan yang ditinggal kontraktor setelah pekerjaannya selesai.
Dimulai dari tunggakan upah tenaga kerja, hutang bahan bangunan (material) serta pinjaman dan hutang toko sembako,

“Beberapa kali pekerja telah mencoba menghubungi dan mengingatkan pihak yang menunggak, namun belum ada tindakan yang berarti,” tulis Semuel Ranoh, mewakili korban lainnya dalam aduan tertulis bertanggal 11 Juni 2025.
“Dengan ini, kami mengajukan klaim untuk pembayaran upah kerja yang tertunggak,” harap Semuel dalam suratnya, dengan melampir rincian tunggakan kontraktor, lengkap dengan data korban.
Jauh sebelum surat itu dilayangkan, ternyata masalah itu sempat diadukan secara lisan ke dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Rote Ndao.
Yang dalam pengakuan Penjabat Kepala Desa Ndao Nuse, Jesri T. Nggadas, Pelaksana tugas Kepala Dinas (Plt. Kadis) PUPR Ferdinan Ndun, sempat memperkecil hutang yang dituntut warga.
“Sebelum (masalah) jadi sampai begini, beta (saya) pung (punya) kerja satu hari sampai tujuh-delapan kali duduk dan urus masalah. Karena sedikit-sedikit warga (korban) tutup jalan di bagian atas,” jelas Jesri, yang dikonfirmasi ROLLE.id, Sabtu (14/6).
“Beta pi (pergi) buka di atas, dong (mereka/masyarakat) tutup di bawah. Beta pi buka, dong tutup lagi di tengah. Begitu-begitu terus, sampai katong (kami) ke dinas PUPR,” sambungnya.
“Waktu itu beta deng (dengan) pak Sekdes Ndao Nuse ketemu pa Kadis. Beliau (Kadis) bilang ada titip dan suruh staf yang orang Ndao untuk antar uang 20 juta ke pekerja di sebelah kali,” tambah Jesri, yang tersambung dalam panggilan suara WhatsApp. (*/ROLLE/JIT)