Sempat Bertemu Dominggus Busu, Yeti Ndolu Tak Sangka Itu Kali Terakhir, Tuhan Kuatkan Istri dan Anaknya

HUNDIHUK, ROLLE.id–Dominggus Silwanis Busu, salah satu korban kecelakaan laut, punya kisah terakhir. Sebelum pergi melaut dan tenggelam bersama 11 rekanya, dia sempat bertemu dengan seorang saudarinya, Yeti Ndolu.

Selain punya hubungan kekeluargaan, mereka juga satu dalam rumpun suku/leo Lulu. Dominggus tinggal di Desa Hundihuk, sedangkan Yeti, di Desa Netenain, yang pernah menjabat Kepala Desa Hundihuk, Kecamatan Rote Barat Laut. Dan untuk Dominggus, Yeti, kerap menyapa To’o (Om/paman) sebutan khas Rote, mengikuti panggilan dari anak-anaknya.

“Katong (kami) ketemu sekitar jam 7 pagi, hari Rabu (17/3). Pas waktu beta (saya) menuju sekolah. Jadi seperti biasa, katong bategur/saling menyapa,” kata Yeti Ndolu, salah satu anggota keluarga dalam rumpun suku/leo Lulu, Rabu (23/3).

“Sempat bacerita (bercerita). Jadi beta tanya, To’o mau pi mana? Mari numpang deng beta su (sudah). Tapi To’o bilang, mau pi (pergi) di sekitar sini, sonde (tidak) jauh. Jadi biar jalan kaki saja,” sambung Yeti.

Tak lebih dari 10 menit, Yeti dan pamanya saling berbagi cerita. Tak ada gelagat ataupun tanda yang dilihat dari raut wajah pamanya. Tapi Yeti, sempat mengurung niat pamanya agar tidak melaut.

Tapi apa mau dikata. Tekadnya sudah bulat untuk ikut mengadu nasib demi sesuap nasi. Untuk istri dan ke-6 anaknya, Dominggus, dan rekan-rekanya tancap gas membelah ombak dari pelabuhan rakyat Desa Hundihuk, Kamis (17/3). Di mana saat itu cuaca memang sedikit extrim.

Seperti biasa, Dominggus, selalu pamit sebelum pergi. Dan keluarga pun menaruh harap, tak hanya pulang membawa hasil, tetapi kembali dengan selamat.

Dominggus Silwanis Busu, salah satu korban kecelakaan laut di perairan Australia, Kamis (17/3) yang belum ditemukan. Foto : Istimewa

Namun takdir berkata lain. Dan Dominggus, saat pergi juga tak menyangka harus menjemput ajalnya. Perahu motor Kuda Laut, yang ditumpangi terombang-ambing dan tenggelam. Kemudian mereka berjuangan sekuat tenaga untuk menaklukan arus dan gelombang.

Tapi alam dengan kekuatanya, membawa pergi 9 dari 12 nelayan itu. Mereka terpaksa terpisah, sehingga baru ditemukan 3 korban yang selamat.

Dengan ganasnya badai di atas perairan itu, hingga kini belum juga ditemukan korban lainnya. Entah sampai dimana mereka hanyut dibawa pergi, tapi doa dan harap keluarga tak putusnya kepada Yang Maha Kuasa.

“Hanya bisa berdoa kepada Tuhan, jika mereka selamat, kami bersyukur, tidak juga tetap bersyukur. Karena kami yakin, ada rencana indah yang sudah Tuhan siapkan di balik peristiwa ini,” kata Yeti.

Bagi Yeti, saat mendengar kabar menyakitkan itu, dirinya kemudian tersadar akan pertemuan waktu itu. Bahwa, saat bertemu dengan pamanya merupakan cara pamitan itu untuk pergi dan hilang tenggelam.

“Kasihan beta pung (punya) to’o. Ternyata waktu ketemu hari Rabu (16/3) adalah kali terakhir. Sonde sangka kalau itu to’o pung cara untuk togor (pamit) deng beta,” ungkap Yeti.

Tak hanya bersedih, tapi hati Monika Petronela Talondolu, istri Dominggus, tercabik pilu menggores rasa hampa. Sepi harinya mulai menjalar dengan menatap wajah ke-enam buah hatinya.

Mereka tetap berharap ada keajaiban atas tragedi ini, dengan memohonkan kepada Tuhan. Di mana anak-anaknya masih sangat kecil dan butuh Dominggus sebagai tempat bersandar.

Mereka berharap, jika diijinkan Tuhan, pertemuan bisa terjadi untuk saling melepaskan. Apapun keadaanya, mereka tak bisa menolak kedaulatan Tuhan, yang diimani sebagai sebuah peristiwa iman.

“Kami keluarga hanya bisa berserah dalam doa, bahwa sekiranya diijinkan Tuhan, kami sangat rindu untuk bisa kembali melihat. Karena kami masih berharap agar bisa ditemukan,” kata Yeti.

“Semua keluarga sangat terpukul atas musibah ini. Tapi apa daya kami, hanya doa yang bisa kami panjatkan. Tuhan, tolong kuatkan mama Monika dan anak-anaknya atas musibah ini,” ungkapnya. (*/ROLLE/TIM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.