Tragedi KM Kuda Laut, Sisahkan Duka Menyayat Hati, Bupati Paulina : Kita Semua Berduka

HUNDIHUK, ROLLE.id-Pelayaran Kapal Motor (KM) Kuda Laut, yang bertolak dari Rote dengan tujuan Laut Timor di perbatasan dengan perairan Australia, Kamis (17/3) lalu, menyisahkan kisah pilu. Bagaimana tidak, kapal dengan 12 orang nelayan itu tenggelam.

Sebanyak sembilan dari 12 orang nelayan belum ditemukan hingga kini. Keluarganya bersedih, tapi mereka tulus merelakan dengan melakukan prosesi tabur bunga yang diiringi isak tangis.

Duka itu dirasakan seluruh masyarakat Desa Hundihuk, Kecamatan Rote Barat Laut. Dari bagian timur ke barat, utara ke selatan, tenda-tenda duka terlihat terpasang. Yang hingga kini masih berkabung atas hilangnya 9 orang itu.

Kapal itu diakui pergi melaut menuju perbatasan dengan perairan Australia. Jumlah penumpangnya sebanyak 12 orang, termasuk, Yohanis Balu sebagai nahkoda. Dan semuanya berasal dasa Desa Hundihuk.

Mereka bertolak menuju perairan di perbatasan Australia, Kamis (17/3) lalu. Para nelayan ini berharap selain hasil yang dibawa pulang melimpah, juga mereka bisa kembali dalam keadaan selamat agar bisa bersua lagi dengan keluarga.

Sayangnya, harapan itu hilang diterpa badai. KM Kuda Laut, terombang-ambing dan akhirnya tenggelam dihantam gelombang, di perairan laut Australia.

Hanya tiga diantaranya yang ditemukan selamat. Yakni, Habel Kanuk, Frengky Guando Balu, dan Melky Roni Arianto Giri. Sementara sembilan rekan mereka, yakni Yohanis Balu, Pice Remirdo Aryanto Naluk, Dominggus Silwanis Busu, Ibrahim Loe, Benyamin Pah, Albert Giri, Rifan Balu, Jefri Arianto Balu, dan Yunus Modok I, hingga kini belum ditemukan

Prosesi tabur bunga yang dilakukan keluarga dan masyarakat Desa Hundihuk, bersama Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu, atas tragedi KM Kuda Laut, Jumat (1/4). Foto : Istimewa

“Kami sebagai keluarga dan masyarakat di Desa Hundihuk, mengalami luka yang sangat mendalam. Ketika kita jalan keliling di Desa Hundihuk, semua menangis sedih. Kami tidak berdaya dalam duka ini,” kata Samuel Ambi, seorang tokoh gereja di GMIT Pniel Hundihuk, Jumat (1/4).

Samuel, mewakili semua keluarga korban mengungkapkan isi hati keluarga atas musibah KM Kuda Laut. Setelah ibadah pastoral, dilanjutkan dengan prosesi tabur bunga di pelabuhan tempat KM Kuda Laut bertolak.


Menurutnya, dalam waktu yang bersamaan, di Desa Hundihuk, mengalami peristiwa kematian warga dalam jumlah banyak dalam sehari. Samuel, menyebut, ada sepuluh warga yang meninggal dalam sehari.

“Dari Hundihuk Timur, Barat, Utara dan Selatan, ada tangisan sedih yang sangat luar biasa. Kami bersedih, kami merasa pilu karena peristiwa ini. Sebanyak 10 orang meninggal dalam sehari, pada Jumat (18/3) lalu,” kata Samuel.

“Tapi kami tetap yakin bahwa sesungguhnya semua ini terjadi atas perkenanan Tuhan. Kami tunduk terhadap segala kedaulatan Tuhan,” sambungnya.

Dengan demikian, lanjut Samuel, walau dalam keadaan yang teramat berat, tetapi keluarga telah mengiklaskan. “Tetapi kami melihat dan menyaksikan kepedulian dari berbagai pihak. Pemeritah kabupaten, kecamatan, dan desa, hadir memberi penghiburan kepada keluarga. Kami merasa diberikan kekuatan, dipulihkan, dan terhibur,” kata Samuel.

Sementara itu, Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu terlihat tak kuat menahan sedihnya. Dengan suara terbata-bata, dirinya berusaha untuk memberi penguatan terhadap keluarga korban. “Duka ini bukan saja duka keluarga, tapi duka kita semua. Kami pemerintah juga merasa sangat terpukul ketika mendengar kabar ini,” kata Bupati Paulina.

“Tapi kita tetap percaya, bahwa ketika Tuhan mengijinkan peristiwa ini, tidak mungkin melebihi kekuatan yang dimiliki. Saya minta agar kita semua terus mendoakan, semoga keluarga yang ditinggalkan, terutama para istri, tetap diberi ketabahan,” ungkapnya.

Selanjutnya, prosesi tabur bunga pun dilakukan di lokasi keberangkatan KM Kuda Laut, di pelabuhan rakyat, Desa Hundihuk. Dengan iring-iringi rombongan yang membawa serta foto ke-9 korban, membuat suasana semakin sedih.

Tangis pilu keluarga korban semakin tak tertahan, pecah dalam sedih yang teramat dalam. Dalam suasana duka itu, mereka menabur bunga di pantai atau pelabuhan tempat ke-12 nelayan itu melaut dua pekan lalu.

Prosesi tabur bunga itu sebagai wujud keikhlasan keluarga, sanak saudara, dan hadai taulan atas hilangnya 9 korban di tengah samudera itu. (Sumber : TIMEXKUPANG.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.